Kementan Prediksi Harga Cabai Rawit Kembali Normal April 2021

- 9 Maret 2021, 13:29 WIB
Ilustrasi Cabai rawit.
Ilustrasi Cabai rawit. /Portal Bandung Timur/hp.siswanti/

KABAR TEGAL - Cuaca ekstrim yang menyebabkan peningkatan serangan OPT, kerusakan tanaman, dan banjir di beberapa wilayah sentra produksi menyebabkan pasokan cabai rawit berkurang dan memicu kenaikan harga.

Karena itu, keliru yang mengatakan bahwa penyebab kenaikan dikarenakan tidak adanya produksi.
Produksi tetap ada, petani tetap menanam cabai rawit walaupun memang ada penurunan luas tanam sebagai akibat dari harga sepanjang tahun 2020 yang kurang kompetitif.

Sesuai dengan arahan Mentan Syahrul Yasin Limpo agar Kementan menjamin ketersediaan komoditas pangan strategis, Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan Prihasto Setyanto menggerakkan seluruh jajarannya untuk memonitor kondisi pertanaman cabai di lapangan dan melakukan upaya-upaya untuk meredam gejolak harga agar tidak berkepanjangan.

Baca Juga: Polisi Virtual, Polresta Surakarta Siapkan Tim Khusus Awasi Media Sosial

Anton menjelaskan bahwa berdasarkan data series produksi 5 tahun terakhir, produksi cabai rawit pada bulan Desember-Februari adalah bulan waspada karena produksi cenderung menurun dibanding bulan-bulan lainnya.

Dan untuk saat ini dengan adanya cuaca ekstrim (La Nina) semakin menyebabkan produksi terganggu.

Seperti bunga rontok menyebabkan gagal berbuah. Proses pemasakan buah menjadi lebih lama karena kurangnya intensitas cahaya matahari.

Baca Juga: Terkait Kasus Korupsi Dana Bansos, Cita Citata Akan Dipanggil KPK

Masa produktif tanaman juga menjadi lebih pendek, yang biasanya 12-20 kali petik saat ini hanya 8-12 kali petik karena pematangan buah menambah hari petik yang biasanya 4 hari bisa 7 sd 8 hari per sekali petik.

"Tak hanya itu, musim hujan juga meningkatkan serangan OPT seperti virus kuning, antraknosa, lalat buah, dan lain sebagainya," ujar Anton dalam keteranganya, Selasa, 9 Maret 2021.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, serangan OPT terbanyak adalah virus kuning 26%, Antraknosa 29%, Lalat buah 17%, Virus keriting 16%, dan Thrip 12% dari luas pertanaman yang ada. Sehingga secara nasional luas pertanaman cabai yang terkena serangan OPT saat ini sebanyak 1.152 ha dan puso 0,15 ha.

Baca Juga: Usai Jadi Tersangka, Tanah Seluas 179 Hektar Milik Benny Tjokro Disita Kejagung RI

Virus kuning menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak produktif. Jika tanaman yang terserang masih bertahan, maka produktivitasnya menurun 20-30%. Sedangkan serangan antraknosa dan lalat buah yang masif mendorong petani untuk memanen buah sebelum waktunya sehingga kualitas buah menjadi turun.

Cuaca ekstrim ini juga menyebabkan banjir di beberapa wilayah sentra produksi cabai. Dampaknya, pertanaman rusak bahkan puso.

Berdasarkan data dari Direktorat Perlindungan Hortikultura, total luas pertanaman cabai nasional yang banjir dan puso pada bulan Oktober s.d Desember 2020 seluas 431 hektar yang tersebar di Jawa Barat, DIY, dan Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Januari s.d Februari 2021 seluas 404,7 ha yakni di Kalsel, Sumut, Sumbar, Sulteng, Kalbar, Jambi, Jatim, dan NTT.

Baca Juga: Rotasi Internal Polri, Kapolres Tegal Kota Pimpin Sertijab Kapolsek Tegal Barat

Ketua Asosiasi Cabai Indonesia dan Juhara salah satu champion Cabai, Hamid membenarkan hal tersebut. Pihaknya menjelaskan bahwa berdasarkan pantauan dari seluruh anggota perwakilan di daerah sentra, berkurangnya produksi cabai saat ini juga dikarenakan berkurangnya luas tanam.

Petani sempat merugi karena rendahnya harga cabai akibat pagebluk COVID-19 yang terjadi pada bulan Maret s.d September 2020. Hal tersebut membuat banyak petani tidak balik modal bahkan merugi. Sehingga pada musim tanam saat ini mereka mengurangi populasi pertanaman cabainya. Luas tanamnya berkurang, sehingga produksi juga berkurang. Jadi efek berantai tersebut menjadi akumulasi terhadap penurunan produksi.

Berdasarkan Data Early Warning System (EWS) Direktorat Jenderal Hortikultura, diprediksi neraca ketersediaan cabai rawit aman pada bulan Maret hingga Mei mendatang.

Halaman:

Editor: Dwi Prasetyo Asriyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x