Selama Pandemi Perusahaan Harus Lebih Peduli Terhadap Kesehatan Mental Karyawan

- 20 Agustus 2021, 07:45 WIB
Ilustrasi pekerja pabrik / pixabay
Ilustrasi pekerja pabrik / pixabay /

Peningkatan stres ini tentu merupakan tanda bahaya bagi upaya membangun resiliensi karyawan yang dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu work life balance, lack of control, dan inclusiveness.

Dalam aspek work life balance, ditemukan fakta 97% responden melaporkan bahwa mereka dihadapkan dengan situasi hilangnya batas antara kehidupan personal dan profesional, disertai tuntutan dari tempat kerja untuk tetap fokus dalam pekerjaan.

Baca Juga: Ungkap Kasus Curas, Sepuluh Anggota Polres Tegal Dapat Penghargaan

Dari aspek lack of control, ditemukan bahwa 83% responden melaporkan terdapat tuntutan lebih dari tempat kerja mereka untuk bekerja lembur atau bekerja di hari libur.

Dibanding kedua aspek lainnya, aspek ‎inclusiveness memiliki persentase yang paling rendah yaitu 61% responden merasa sering menerima kritik dalam pekerjaan yang mereka lakukan.

Ketiga kondisi itu menyebabkan 40,7% karyawan memiliki resiliensi yang rendah dan 40,5% karyawan memiliki resiliensi yang normal.

Baca Juga: Cara Terbaru Cek Penerima Bansos PKH 2021 dan Daftar DTKS Kemensos via cekbansos.kemensos.go.id

Angka tersebut mengejutkan, karena tingkat angka resiliensi rendah dan normal dalam penelitian ini ternyata hampir setara.

“Hal ini menunjukkan bahwa karyawan cenderung memiliki resiliensi yang tinggi di dalam masa pandemi ini, seperti tingkat kesehatan mental yang tinggi, tingkat depresi yang rendah, dan tingkat kepuasan hidup yang berada pada level agak puas," ujar Isdar.

"Di sisi lain, terdapat beberapa emosi negatif yang cenderung muncul pada karyawan di masa pandemi ini, yaitu kesulitan memperoleh emosi positif dan suasana hati negatif yang tidak biasa dan berkepanjangan,” katanya lagi. 

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x