“dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)
Hadist diatas berarti, jika seseorang ingin masuk neraka Jahannam maka dia akan melewati pagar-pagar syahwat tersebut. Dia akan merasakan kelezatan-kelezatan sehingga akhirnya terjerumus ke dalam neraka Jahannam. Dan maksiat juga demikian, mendatangkan kelezatan. Secara umum akan mendatang kelezatan.
Baca Juga: Contoh Kultum Singkat Ramadhan Rabu 13 April 2022, Tema: Inti dari Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan
Kelezatan atau kenikmatan yang didapat hanyalah sementara, berbuat zina, minum khamr, ghibah itu semua mendatangkan kenikmatan dan bisa menimbulkan kecanduan.
Namun lihatlah, setelah maksiat atau melakukan berbuatan diatas apa yang terjadi? Kelezatan tersebut telah selesai. Yang tersisa hanyalah hisab. Akan dihisab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang tersisa adalah kegelisahan, gundah gulana, kekawatiran, dan ketidaktenangan. Ini dirasakan oleh setiap pelaku maksiat. Hal ini tidak bisa dipungkiri.
Hal ini menunjukkan bahwasanya kelezatan maksiat hanya bersifat sementara. Yakni, hanya tatkala dia sedang bermaksiat. Setelah selesai maksiat, kelezatannya hilang.
Termasuk juga orang yang berghibah, tatkala dia sedang berghibah dia merasakan kelezatan. Namun setelah dia mengghibah coba cek hatinya. Hatinya akan terasa keras dan kaku. Karena kelezatan ghibah telah selesai yang tersisa hanyalah penderitaan.
Selain itu juga ketika minum khamr, dia merasakan kelezatan. Namun setelah minum khamr, yang tersisa adalah kegelisahan. Maka dia ingin mencari kelezatan berikutnya. Sehingga maksiat tadi mengantarkan dan menjerumuskan dia kepada maksiat berikutnya. Mengapa? Karena dia ingin mencari kelezatan yang telah hilang tersebut. Kelezatan yang bersifat sementara.