Obat Covid-19, Mana yang Lebih Ampuh untuk Masyarakat Indonesia?

- 13 November 2021, 16:58 WIB
Ilustrasi obat Covid-19.
Ilustrasi obat Covid-19. /Pixabay/Jarmoluk/

KABAR TEGAL – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebutkan produsen obat antivirus Covid-19 buatan Pfizer yakni Paxlovid diklaim lebih ampuh dari Molnuvirapir produksi Merck & Co.

Namun, manakah yang lebih tepat untuk masyarakat Indonesia?

Dilansir dari Antara, Menkes mengatakan hasil uji klinis Molnuvirapir bisa menugrangi 50 persen seseorang masuk rumah sakit, sedangkan produsen Pfizer mengklaim lebih tinggi yakni hingga 85 persen.

“Berdasarkan hasil uji klinisnya, Molnuvirapir ini bisa mengurangi 50 persen seorang masuk rumah sakit,” terangnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Senin, 8 November 2021.

Baca Juga: Sudah Ada Molnupiravir Obat Covid-19, Apakah Vaksinasi Masih Diperlukan?

“Bisa mengurangi derajat keparahan masuk rumah sakitnya di atas 80 persen, malah ada yang bilang sampai 85 persen,” tambahnya.

Namun, Molnuvirapir sudah mendapat persetujan lebih dahulu dibandingkan dengan Paxlovid yang masih tertinggal. Molnuvirapir telah mengantongi persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.

“Molnuvirapir sama sama seperti yang membuat Invermectin. Apakah ada saingannya, ada. Baru keluar hari ini Pfizer (Paxlovid), tapi apakah dia sudah sejauh Molnuvirapir mendapatkan persetujuannya, masih agak tertinggal di belakang,” kata Menkes.

Di Amerika Serikat (AS) pemerintah telah membeli Molnuvirapir 1,7 juta paket pada bulan Juni lalu. Saat ini pihaknya akan menambah 1,4 juta paket lagi. Dengan demikian AS telah mengamankan Molnuvirapir sebanyak 3,1 juta paket untuk obat Covid-19.

Baca Juga: Harga Obat Covid-19 di Papua Tembus Rp25 Juta, TNI-Polri Buru Mafia Obat

Tidak hanya AS, di India setidaknya sudah ada 8 perusahaan yang mendapatkan lisensi dari produsen Molnuvirapir untuk memulai proses produksi.

Di Indonesia sendiri, seperti yang disampaikan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, pemerintah sangat agresif mendorong produsen obat dan vaksin Covid-19 untuk berinvestasi di Indonesia.

“Mengenai obat ini, dan vaksin, pemerintah kita sangat agresif. Saya terlibat di dalamnya dan saya kira, pembicaraan dengan Merck dan Pfizer itu sudah sangat maju. Insya Allah kita dapat dan kita berharap bahwa itu harus ada pabriknya di dalam negeri sehingga kita tidak jadi importir saja tapi kita jadi produsen,” kata Luhut dalam Konferensi Pers daring di Jakarta, Senin, 8 November 2021.

Baca Juga: Presiden Jokowi Blusukan ke Apotek, Cek Ketersediaan Obat dan Suplemen

Namun, dalam jangka pendek Pemerintah akan mengimpor agar prosesnya lebih cepat untuk antisipasi lonjakan kasus sebelum Natal. Menkes menambahkan bagi produsen yang bisa mengimpor ke Indonesia agar memberikan komitmen jangka panjang untuk membangun pabrik di Indonesia.

“Jadi jangka menengahnya kita akan memilih nanti perusahaan-perusahaan yang kita impor obat jadinya tapi mereka berkomitmen untuk bangun pabrik di Indonesia. Bisa dia Investasi langsung, bisa kerjasama dengan perusahaan BUMN atau swasta, yang penting dia bangun pabriknya di Indonesia,” tegas Menkes.***

Editor: Lazarus Sandya Wella

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x