Network
“Kalau mau dihitung, penghasilan petani juga tidak kalah dengan penghasilan pegawai atau karyawan,” kata Umi.
Petani muda, lanjut Umi, miliki lebih banyak kesempatan. Selain pemikirannya yang lebih terbuka pada teknologi baru pertanian, termasuk penggunaan pupuk organik untuk mengurangi ketergantungannya pada pupuk kimia, petani muda memiliki peluang besar masuk ke rantai pemasaran tanpa harus tergantung pada tengkulak.
Baca Juga: Tingkat Pertumbuhan Sektoral Tinggi, Momentum Percepat Transformasi Digital
“Saya rasa era sudah berganti dan zaman sudah berubah. Petani millenial tidak berhenti hanya di titik produksi atau sektor hulu, tapi juga merambah sektor hilir, mulai dari pengemasan, pengolahan pasca panen hingga masuk ke jaringan pasar, terutama daring untuk meningkatkan nilai tambah produk yang tidak terbatas pada faktor produksi, tapi juga perdagangan,” ujar Umi yang juga seorang petani ini.
Petani millenial tidak berhenti hanya di titik produksi atau sektor hulu, tapi juga merambah ke arah hilir, mulai dari pengemasan produk, pengolahan pasca panen hingga masuk ke jaringan pasar, terutama daring melalui marketplace.
Andi termasuk salah satu peserta Program Petani Muda Berdaya. Program ini merupakan hasil kerjasama KNPI Kabupaten Tegal dengan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Tengah serta Agro Tegal Mandiri (ATM).
Baca Juga: Terdampak Pandemi, Perbaikan Jalan Kabupaten Tegal Dilakukan Bertahap Mulai 2021
Di temui di tempat yang sama, Ketua KNPI Kabupaten Tegal Muhammad Ersal Aburizal menuturkan, melalui program ini, diharapkan minat pemuda untuk menekuni dunia usaha pertanian semakin meningkat. “Program yang baik ini akan terus kami dorong, kami fasilitasi agar anak-anak muda di Kabupaten Tegal tidak malu-malu lagi bertani. Melalui ini, kami pun juga turut menggalakkan kampanye pertanian organik,” kata Ersal.***
