Sebab, segmentasi tas beragam dari generasi muda hingga dewasa, dengan aktivitas yang berbeda.
Sehingga, perlu ada banyak alternatif pilihan. Mereka juga sudah mengombinasikan bahan batik, ecoprint, cocon, tenun, bahkan kulit.
“Dan alhamdulillah batik dan ecoprint sudah memakai pewarna alami. Selain inovatif juga bersahabat untuk lingkungan. Saya juga siap di-endorse, untuk pengrajin, produk lokal, karena kita bangga produksi Indonesia,” tandas Atikoh.
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Banyumas Erna Husein menyampaikan UMKM di Banyumas, termasuk kerajinan, mulai bangkit. Kreativitas dan inovasi produk pun terus digali dan ditingkatkan.
Diakui, kebangkitan itu tak lepas dari peran anak muda, termasuk pengusaha muda, yang bersatu, bergerak, mendorong UMKM naik kelas.
“Kami juga melatih ekonomi kreatif, seperti dari bambu dan sebagainya. Sehingga mereka sudah tumbuh kembali dan Alhamdulillah ini sudah membaik. Dan tadi Ibu Ganjar sudah mirsani, khususnya tas, sepatu, fesyen, yang dari cocon dan ecoprint,” bebernya.
Erna berharap dukungan dari Dekranasda Provinsi Jawa Tengah, agar lebih meningkatkan produksi, kualitas, hingga pemasarannya. Termasuk, meminta Atikoh menjadi model untuk memamerkan produk-produk UMKM.***