Mahali, Santri Ini Jual Jamur Crispy Tembus Ke Hongkong

- 21 Oktober 2020, 18:30 WIB
Santri Anidhom Nurul Hudha Brebes itu harus jatuh bangun dan mengalami kegagalan dengan kerugian yang besar. Namun kegagalan tersebut justru membuatnya terlecut untuk terus menekuni budidaya jamur.
Santri Anidhom Nurul Hudha Brebes itu harus jatuh bangun dan mengalami kegagalan dengan kerugian yang besar. Namun kegagalan tersebut justru membuatnya terlecut untuk terus menekuni budidaya jamur. /

KABAR TEGAL - Pernah dengar idiom bagai jamur di musim hujan? Yah.... jamur telah menjadi menu kuliner yang digandrungi masyarakat Indonesia. Itulah yang tengah digeluti Kang Mahali, Santri yang kini menekuni budidaya jamur hingga menembus ke Hongkong. 

Dia merangkak dari pembibitan, memproduksi, hingga mengelola market dari bakal jamur, sate jamur dan Jamur Crispy. Meskipun awalnya, Santri Anidhom Nurul Hudha Brebes itu harus jatuh bangun dan mengalami kegagalan dengan kerugian yang besar. Namun kegagalan tersebut justru membuatnya terlecut untuk terus menekuni budidaya jamur.

“Awalnya, saya gagal beberapa kali dalam budidaya jamur ini,” ungkap Mahali mengawali perbincangan dengan penulis di rumah produksinya, di RT 04/RW IV Desa Dukuhtengah, Ketanggungan, Brebes, Selasa 20 Oktober 2020.

Mahali yang lahir di Brebes 8 April 1978 itu berkeyakinan, tantangan apapun harus dilalui untuk mencapai tujuan. Termasuk dalam bisnis pembudidayaan jamur, dia gigih untuk bisa sukses. Pasalnya, kebutuhan jamur sebagai makanan ringan dan sayur sangat dibutuhkan masyarakat, terutama di wilayah Kecamatan Ketanggungan.

Baca Juga: Jumadi Kenalkan Potensi Kota Tegal ke Kancah Internasional

Menurutnya, kebutuhan jamur di Pasar Ketanggungan ternyata dipasok dari Purwokerto dan Kuningan Jawa Barat. Jadi, sesampainya di pasar Ketanggungan sudah layu. Membaca peluang yang prospek, Mahali pun akhirnya fokus budidaya jamur untuk memasok kebutuhan jamur di daerahnya.

“Saya berusaha memenuhi kebutuhan Jamur untuk Ketanggungan, dan Alhamdulillah lancar,” ungkap suami dari Nur Utami.
Sebagai Santri, Mahali masuk pesantren di Ponpes Anidhom Nurul Huda Gamprit Brebes sejak kelas 1 SMA 1 Brebes. Sedangkan ketrampilan budidaya jamur, dia dapatkan ketika mondok di pesantren Rianatutholibin Majenang Cilacap.

Saat itu, dia menjadi utusan pondok untuk mengikuti pelatihan budidaya jamur di Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto pada tahun 2000. Belum sempat dikembangkan di pondoknya, Mahali pindah ke pesantren Al Fadlu Kaliwungu Kendal untuk mempelajari ilmu Alat selama 2000-2003. Berikutnya, pindah ke pondok Al Hidayah Cisantri, Pandeglang Banten 2003-2005.
Selepas mondok, barulah Mahali mencoba-coba menerapkan ilmu budidaya jamur dirumahnya Desa Dukuhbadag, Ketanggungan sembari mengamalkan ilmu nyantrinya di MI Tarbiyatul Sibyan di desanya.

“Karena saya coba-coba dan kurang fokus serta cuaca dan suhu yang kurang mendukung, maka selalu mengalami kegagalan,” ungkap ayah dari Sahya Aqila Nur Ali (8 th) dan Moh Hadziq Sakho Nur Ali (2 bl).
Tak patah arang, Mahali mencari ilmu lewat youtube, facebook dan tutorial dengan temen-temen FB serta berkunjung langsung ke rumah produksi sejawatnya.

Halaman:

Editor: Dasuki Raswadi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x