Psikolog Wanti-wanti Penyidik, Kasus Brigadir J Jangan Sampai jadi Paradoks Penegakan Hukum di Indonesia

27 Juli 2022, 14:18 WIB
Psikolog ingatkan agar kasus Brigadir J tidak jadi paradoks hukum Indonesia /Sri Yatni/

KABAR TEGAL – Maraknya spekulasi tentang apa yang terjadi di balik kasus penembakan antara ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) nonaktif, Irjen Ferdy Sambo di ranah media sosial menjadi fenomena tersendiri yang menarik perhatian masyarakat.

Salah satunya datang dari Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung (Unisba), Vici Sofianna Putera.

Pengajar mata kuliah psikologi sosial ini menilai, ramainya informasi di media sosial mengenai alternatif narasi kejadian penembakan yang dianggap lebih logis dibandingkan dengan kronologis yang diberikan kepolisian bisa menjadi alat persekusi kepada para pihak yang terlibat dalam kasus tersebut.

Baca Juga: Tak Mau Kejadian di Tawangmangu Terulang, Ganjar Tinjau Proyek Pembangunan SMKN Lumbir Banyumas

“Hold your opinion, ini bisa jadi persekusi. Kita jangan terjebak perangkap ilusi kebenaran,” kata Vici, Selasa 26 Juli 2022.

Mengapa bisa disebut persekusi, lanjutnya, karena narasi-narasi alternatif yang muncul di luar versi kepolisian juga belum berdasarkan fakta ilmiah, ini hanya sebatas opini tanpa data.

Pengacara keluarga Birgadir J yang menyatakan kejanggalan mengenai luka di tubuh Brigadir J juga masih merupakan dugaan.

Baca Juga: 135.536 KK di Kabupaten Tegal Berstatus Keluarga Rawan Stunting, Dewi Aryani Minta Kades Proaktif

“Jadi semua bisa saja benar, bisa jadi juga salah,” tekannya.

Meski demikian, pernyataan pengacara tersebut berpotensi mendorong publik untuk berspekulasi karena narasi yang bernuansa konspiratif lebih membuat orang tertarik dengan narasi tersebut.

“Individu tertarik pada narasi konspirasi karena kebutuhan akan pengetahuan dan kepastian dari suatu informasi, terlebih ketika peristiwa besar terjadi, individu tentu ingin tahu mengapa hal tersebut itu terjadi,” jelasnya.

Baca Juga: Miris! 1 dari 5 Balita di Kabupaten Tegal Menderita Stunting, Dewi Aryani: Dana Desa Bisa Digunakan

Pria yang akrab disapa Kang Vici ini mengungkapkan, Professor of social psychology at the University of Kent di Inggris, Karen Douglas pernah menyampaikan, publik ingin penjelasan dan mereka ingin tahu yang sebenarnya, tetapi mereka juga ingin merasa yakin akan ‘kebenaran’ itu.

Jadi, gencarnya pemberitaan dari media dan juga narasi konspirasi dari akun-akun di media sosial dari kasus penembakan di Duren Tiga menggiring opini publik secara tidak langsung dan bertransformasi menjadi sebuah aksi kolektif berupa penghakiman publik kepada keluarga Irjen Sambo.

“Namanya penghakiman pasti ada judgement, di sini menurut saya adalah letak permasalahannya,” ungkapnya.

Baca Juga: Dihadiri Bupati dan Kapolres Tegal, Kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa ke 144 Desa Kedungkelor

Menurutnya, publik harus bisa memisahkan apa yang faktual dan hal yang sensasional.

Tantangannya adalah individu dalam memisahkan kedua hal tersebut dibutuhkan kemampuan berpikir jernih dan kritis.

“Sayangnya individu sebagai manusia cenderung berpikir menggunakan cara yang heuristic atau simplistic, sehingga wajar jika narasi konspirasi yang berkembang bisa ditelan mentah-mentah dan dianggap sebuah kebenaran bagi mereka,” katanya.

Baca Juga: Final Turnamen Sebayoe Cup Kedua Pemain Dapat Hadiah Kartu Merah

Hal tersebut menjadi sangat penting karena bukan hanya publik secara umum yang bisa terpengaruh dengan berita bohong ataupun pemikiran konspiratif yang sangat renyah, tapi para penyidik dan timsus di lapangan bisa menjadi tidak objektif dalam menangani kasus ini.

Khawatir terpapar informasi di media sosial, penyidik dan timsus bisa menjadi bias dalam bekerja dan mengambil keputusan semata untuk memuaskan keinginan publik.

“Jangan sampai kasus ini menjadi sebuah paradoks bagi penegakan hukum di Indonesia. Biarkan para penyidik dan timsus bekerja karena timsus ini terdiri dari pihak eksternal yang kredibel seperti Komnas HAM,” demikian kata Vici. ***

Editor: Lazarus Sandya Wella

Tags

Terkini

Terpopuler