- Sebanyak 61.6% responden merasa bahwa pandemi Covid yang berlangsung lama mendorong mereka menemukan makna hidup.
Baca Juga: Halal Bi Halal DWP Kemenag RI, Gus Baha: Kunci Sosialisasi Adalah Saling Memaafkan
- Mayoritas responden (81%) merasa semakin relijius (taat beragama) sejak mengalami/menjalani pandemi Covid-19.
- Mayoritas responden (97%) merasa keyakinan/keberagamaan mereka membantu (secara psikologis) mereka menghadapi Covid dan dampaknya.
- Sebanyak 86,7% responden berupaya terhubung dengan (mencari support dari) pemuka agama dan komunitas agama mereka.
Baca Juga: Salurkan Bantuan Kuota, Kemenag Tidak Ingin PJJ Ganggu Uang Dapur
- Selama menjalani pandemi, mayoritas responden (89,4%) merasa mendapat dukungan mental-spiritual (ada support system) dari pemuka agama dan komunitas agamanya.
- Saat isolasi/menyendiri, ragam aktivitas dilakukan. Sebanyak 56,3% mendengar/membaca kitab suci, 47,2% mendengar ceramah, dan 42,8% dzikir/meditasi. Sedikit sekali yang konsultasi-psikologis khusus. Hanya 22,1% responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis-keagamaan, selama menjalani pandemi ini.
"Survei-daring ini bersumber dari sebanyak 1.550 respon para penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 Provinsi dengan cukup tersebar dan sebangun dengan populasi masyarakat Indonesia. Dengan Metode Accidental sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi kualitatif, dengan mewawancara per telepon 20 informan terpilih," tutup Achmad Gunaryo.***