Terjawab! Mbak Rara Sang Pawang Hujan MotoGP Mandalika Ternyata Seorang Penghayat Kepercayaan

6 April 2022, 21:18 WIB
Aksi Mbak Rara saat menjadi pawang hujan di MotoGP Mandalika /Kabar Tegal /Instagram raraistiatiwulandari

KABAR TEGAL - Banyak yang tidak familiar dengan nama Raden Roro Istiati Wulandari. Perempuan kelahiran Papua 22 Oktober 1983 ini sempat membuat heboh ajang MotoGP yang berlangsung di Mandalika, Nusa Tenggara Barat pertengahan Maret lalu. 

Aksinya 'mengendalikan' hujan selama race berlangsung mengundang perhatian masyarakat Indonesia bahkan dunia. Jutaan mata yang menyaksikan ajang bergengsi MotoGP, terhipnotis dengan ritual pawang hujan yang dilakukan di tengah sirkuit pada saat hujan lebat disertai kilatan petir. 

Raden Roro Istiati Wulandari atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbak Rara, adalah salah satu sosok yang mendukung suksesnya pagelaran internasional MotoGP Mandalika. Mbak Rara yang datang atas permintaan khusus Menteri BUMN, Erick Thohir, berhasil membuat hujan dan petir berhenti seketika, dan ajang balap bisa kembali dilanjutkan. 

Baca Juga: Beredar Profil Mba Rara Pawang Hujan MotoGP Mandalika Bekerja sebagai Cloud Engineer, Apa Itu Cloud Engineer?

Sejak kejadian itu, Mbak Rara yang selalu berpenampilan cuek dan sederhana pun jadi sering diundang sebagai bintang tamu di beberapa acara stasiun televisi maupun kanal YouTube artis ternama, Dedy Corbuzier salah satunya. 

Tampil apa adanya di kanal YouTube Dedy Corbuzier, Mbak Rara sempat bikin penasaran jutaan pemirsa chanel YouTube Dedy Corbuzier ihwal agama yang dianut dirinya. Walau Dedy sempat meminjam KTP Mbak Rara, tapi dirinya tak mau blak-blakan menyebut apa agama Mbak Rara sebenarnya. 

Publik banyak bertanya-tanya terkait apa agama Mbak Rara sebenarnya, karena ritual 'menangkal hujan' bagi sebagian orang merupakan tradisi leluhur yang tidak identik dengan agama tertentu. Walau medsos sempat diviralkan dengan video anak Mbak Rara yang melakukan ibadah shalat untuk mendoakan Ibunya. Namun video tersebut juga tak mampu menjawab pertanyaan publik terkait agama yang dianutnya. 

Pertanyaan jutaan orang soal apa agama Mbak Rara akhirnya terjawab. Redaksi kabartegal.com dalam satu kesempatan dihubungi oleh salah satu pengurus penghayat kepercayaan kepada Tuhan YME, yang bernama Kejawen Maneges. 

Baca Juga: Mengenal Tradisi 'Kaneman' Kejawen Maneges, Sebagai Wujud Syukur pada Alam Semesta

Seperti diceritakan RSi Palon di Kejawen Maneges, Mbak Rara pada awalnya menganut salah satu agama yang sah yang diakui di Indonesia. Namun pada tahun 2014 Mbak Rara mengajukan pindah keyakinan menjadi penghayat kepercayaan yang bernama Kejawen Maneges.

Oleh Bahurekso Kejawen Maneges, Mbak Rara kemudian diberikan penghantar untuk mengurus perubahan kolom agama di KTP yang lama. 

Dalam wawancara dengan media pada saat perhelatan MotoGP Mandalika, Mbak Rara juga sempat menjelaskan bahwa dirinya adalah salah satu penghayat kepercayaan Kejawen.

Kejawen Maneges sendiri merupakan salah satu aliran penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME yang pusatnya berkedudukan di Pulau Jawa, tepatnya Jawa Tengah. Kejawen Meneges memiliki 8 (delapan) asas atau dasar yang mengajarkan penghayatnya untuk bersikap menjaga moralitas, santun, cinta kasih kepada sesama manusia, hewan dan tumbuhan, serta menciptakan ketentraman batin melalui olah jiwa, gotong royong, guna meningkatkan kepercayaan kepada Tuhan YME. 

Terkait profesi yang membuat Mbak Rara menjadi sosok yang disorot dunia, pawang hujan, Ketua Umum Penghayat Kejawen Maneges atau yang disebut dengan Bahurekso Kejawen Maneges, KRT Rosa Mulya Aji menerangkan bahwa pawang hujan bukan ajaran Kejawen Maneges, namun menjadi budaya leluhur yang harus dihormati. 

Baca Juga: Dibalik Suksesnya MotoGP Mandalika, Begini Potret Sampah di Tribun Penonton Sirkuit Mandalika

"Sepanjang tidak melanggar 8 ajaran Kejawen Maneges, monggo-monggo saja," jelas KRT Rosa. 

Perihal tata cara beribadah, ditambahkan Bahurekso, dalam ajaran Kejawen Maneges dan AD/ART Kejawen Maneges urusan spiritual dan tata cara menyembah Tuhan tidak diseragamkan, tapi kembali kepada individu masing-masing.***

Editor: Lazarus Sandya Wella

Tags

Terkini

Terpopuler