BPS Kota Tegal Catat Inflasi 0,44 Persen pada Mei 2024, Sektor Ini Jadi Penyumbang Terbesar

- 24 Juni 2024, 20:19 WIB
Kepala BPS Kota Tegal Eman Sulaeman saat menjadi pemateri dalam acara Media Gathering BI Tegal 'Wartawan Peduli Inflasi' di Hotel Grand Dafam Bandung, Sabtu, 22 Juni 2024.
Kepala BPS Kota Tegal Eman Sulaeman saat menjadi pemateri dalam acara Media Gathering BI Tegal 'Wartawan Peduli Inflasi' di Hotel Grand Dafam Bandung, Sabtu, 22 Juni 2024. /Kabar Tegal/Dwi Prasetyo Asriyanto/

KABAR TEGAL - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tegal mencatat pada Mei 2024 terjadi inflasi bulan ke bulan (m-to-m) sebesar 0,44 persen dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,63.

Sedangkan, tingkat inflasi tahun ke tahun atau y-on-y (Mei 2024 terhadap Mei 2023) tercatat 2,54 persen dan inflasi tahun kalender atau y-to-d (Mei 2024 terhadap Desember 2023) sebesar 1,3 persen.

Kepala BPS Kota Tegal, Eman Sulaeman, mengatakan bahwa penyumbang utama inflasi bulan Mei 2024 secara m-to-m adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,35%.

Baca Juga: Media Gathering, KPw BI Tegal Ajak Wartawan se-Eks Karesidenan Pekalongan Ikut Tekan Inflasi

"Komoditas penyumbang utama inflasi antara lain beras, daging ayam ras, tomat, cabai rawit dan minyak goreng," kata Eman saat menjadi pemateri dalam acara Media Gathering Bank Indonesia di Grand Dafam Braga Bandung, Sabtu, 22 Juni 2024.

Sementara penyumbang utama inflasi bulan Mei 2024 secara y-on-y adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,62%.

"Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah beras, bawang merah, cabai merah, sigaret kretek mesin (SKM) dan gula pasir, " ujarnya.

Baca Juga: KPw BI Tegal Gelar Capacity Building Bagi Pengrajin Batik, Upaya Dongkrak Batik Tegalan Mendunia

Penyebab dan Kegunaan Inflasi/Deflasi

Dalam kesempatan itu, Eman juga menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi/deflasi, diantaranya yakni pengaruh musiman, pengaruh distribusi, administered price, perubahan nilai tukar rupiah, suhu politik/rumor dan abnormal profit: menahan stok barang dan menaikkan harga.

"Sementara kegunaan inflasi/deflasi, yakni indeksasi upah dan tunjangan gaji pegawai (Wage-Indexation), penyesuaian nilai kontrak (Contractual Payment), eskalasi nilai proyek (Project Escalation)," jelasnya.

Selain itu, kata Eman, penentuan target inflasi (Inflation Targeting), indeksasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Budget Indexation), sebagai pembagi PDB/PDRB (GDP Deflator).

"Lalu, sebagai proksi perubahan biaya hidup (Proxy of Cost of Living), indikator dini tingkat bunga, valas dan indeks harga saham," katanya.

Baca Juga: Dorong UMKM Naik Kelas, BI Tegal Gelar Semarak UMKM Pantura 2024 dan Launching 3 Area Zona Khas

Upaya Pengendalian Inflasi

Eman menuturkan, ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan inflasi, yakni yang pertama kebijakan moneter, hal ini ditujukan untuk menjaga kestabilan moneter, dalam hal Bank Indonesia akan membatasi jumlah uang yang beredar dan meningkatkan suku bunga sehingga dapat menarik masyarakat untuk kembali menyimpan uang di Bank.

"Yang kedua itu pemerintah agar meningkatkan hasil produksi, mempermudah masuknya barang impor, menstabilkan pendapatan masyarakat (tingkat upah), menetapkan harga maksimum serta melakukan pengawasan dan distribusi barang," tuturnya.

Lalu yang ketiga, yaitu pemerintah daerah melaksanakan operasi pasar murah, melakukan sidak pasar dan distributor agar tidak menahan barang, melaksanakan kerjasama dengan daerah penghasil komoditi untuk kelancaran pasokan, gerakan menanam, merealisasikan BTT, serta dukungan APBD untuk subsidi transportasi.

"Strategi 4K, mengupayakan Keterjangkauan Harga, menjaga Ketersediaan pasokan, menjamin Kelancaran distribusi, dan meningkatkan Komunikasi yang efektif," pungkasnya.***

Editor: Dwi Prasetyo Asriyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah