Petani Bulakamba Brebes Rintis Bertani Alami dengan Pemanfaatan Burung Hantu dan Pupuk Fermentasi

29 Desember 2022, 18:13 WIB
Petani di Bulakamba Memanfaatkan Burung Hantu dan Pupuk Fermentasi /Sri Yatni/

KABAR TEGAL – Para petani di Desa Bulusari, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, diajak bertani alami dengan memanfaatkan burung hantu untuk pengendalian hama tikus dan juga memupuk areal persawahan mereka dengan pupuk fermentasi atau pupuk organik.

Disampaikan Pelda Hernawan Fuadi, Bati Tuud Koramil 07 Bulakamba Kodim 0713 Brebes selaku motivator, bahwa pihaknya bersama BPP (Balai Penyuluh Pertanian) dan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) Kecamatan Bulakamba mengajak pemerintah desa dan para petani setempat untuk segera merealisasikan ide pembuatan Rubuha (rumah burung hantu) untuk menanggulangi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yaitu tikus di areal pertanian.

“Burung hantu tidak bisa membuat sarang sendiri, sehingga harus dibuatkan sarang. Burung ini mempunyai karakter betah di sarang dan betah tinggal disitu jika lingkungannya banyak tikus,” ujarnya, Kamis 29 Desember 2022.

Baca Juga: Libur Nataru di Kota Tegal, Polisi Pasang Imbauan Ingatkan Pemudik Waspada Tindak Kejahatan

Proses alami pengendalian hama tikus dengan mengaktifkan kembali rantai makanan ini memang membutuhkan waktu yang cukup lama, namun hasilnya sangat efektif karena makanan dari burung hantu 99 persen adalah tikus.

“Jika berbunyi, suara burung hantu saja sudah cukup untuk menakuti gerombolan tikus,” sambungnya.

Ia pun minta kepada pemerintah desa untuk membuat Perdes yang melarang menembak/membunuh segala jenis burung hantu terutama di lingkungan pertanian.

Baca Juga: Cek Online Bansos PKH 2022 Tahap 4 yang Cair Desember Pakai NIK KTP ke cekbansos.kemensos.go.id

“Kita himbau juga agar para petani dan warga setempat agar tidak membunuh ular sawah karena itu juga merupakan predator alami tikus,” tandasnya.

Terpisah, Sahuri selaku Ketua Poktan Brayan Urip Desa Bulusari, menyampaikan intisari penyuluhan Maryadi ST Kepala POPT (Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan) Kabupaten Brebes di balai desa setempat (28/12), khusus untuk burung hantu, dalam sehari 1 ekornya mampu memakan 3 ekor tikus, sedangkan saat sedang mempunyai anak maka dalam sehari induk akan menangkap 10-15 ekor tikus, yaitu 3 ekor dimakan sendiri dan sisanya akan diberikan buat anaknya.

Dengan daya jelajah mencapai radius 12 kilometer, dua ekor burung hantu saja mampu mengawasi lahan pertanian seluas 5–10 hektar. Waktu berburunya pun setiap malam dan tidak peduli musim penghujan atau kemarau.

Baca Juga: Resep Ayam Bakar Bumbu Rujak yang Enak dan Lezat, Menu Hidangan Untuk Menemani Pergantian Tahun 2022-2023

“Kemampuan burung hantu dalam mendeteksi mangsa juga istimewa. Dengan penglihatan bisa sejauh 500 meter, kemudian mampu mendengar suara dari gerombolan tikus sejauh 12 kilometer,” sambungnya.

Untuk pemasangan/penempatan Rubuha nantinya diprioritaskan di dekat tanggul sungai dan menghadap ke utara/selatan, yaitu ke arah gelap menghindari sinar matahari.

“Untuk Rubuha sendiri jangan di cat karena burung hantu suka yang alami,” imbuhnya.

Baca Juga: Libur Nataru di Kota Tegal, Polisi Pasang Imbauan Ingatkan Pemudik Waspada Tindak Kejahatan

Selanjutnya Sahuri menjelaskan kembali secara singkat apa yang disampaikan FX. Heri Priyono ST (Kepala BPP Brebes) selaku pemateri kedua tentang pembuatan dan penggunaan pupuk fermentasi.

Pupuk fermentasi dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan yaitu pohot/air limbah tebu 5 liter, 3 kg urea, 5 kg pupuk penggembur tanah, 3 kg gula pasir/gula merah, air kurang lebih 180 liter, 3 bungkus EM4 bakteri starter, serta 1 drum untuk tempat penampungan. Estimasi pembuatan pupuk ini dengan biaya kurang lebih Rp. 150 ribu diluar drum.

“Semua bahan kemudian dicampur. Ingat, saat mengaduk selama kurang lebih 15 menit harus berlawanan dengan arah jarum jam,” tegasnya.

Baca Juga: Bagikan Souvenir, Cara Simpatik Satlantas Polres Tegal Sosialisasikan Operasi Lilin Candi 2022

Lanjut Sahuri, setelah proses pengadukan, drum kemudian ditutup rapat dan didiamkan selama 7 hari.

Setelah itu, tutup dibuka untuk mengetahui proses fermentasi berhasil atau tidak.

“Jika saat tutup dibuka tercium baunya tak sedap, itu tandanya fermentasi belum berhasil sehingga ditambahkan kembali 3 kg gula dan didiamkan kembali selama 1 minggu,” tandas Sahuri.

Baca Juga: Cegah Kepadatan Lalu Lintas di Libur Nataru, Polres Pemalang Siagakan Tim Urai

Kemudian untuk pemakaian pupuk fermentasi, dalam 1 tangki semprot hama (14 liter) minimal menggunakan 1 liter pupuk fermentasi. Pada dasarnya, semakin banyak jumlah liter cairan fermentasi yang dituangkan dalam 1 tangki semprot hama maka akan semakin baik.

“1 tangki semprot hama yang telah dicampur cairan fermentasi dapat digunakan untuk memupuk tanaman di areal seluas 1-2 hektar, atau dalam 1 liter cairan fermentasi bisa untuk seperempat bahu,” pungkasnya. ***

Editor: Dessi Purbasari

Tags

Terkini

Terpopuler