Apa Hukumnya Bagi Orang Mampu Tapi Tidak Berkurban? Berikut Penjelasannya Menurut Islam

- 7 Juli 2022, 19:00 WIB
hukum bagi orang mampu yang tidak berkurban
hukum bagi orang mampu yang tidak berkurban /Unsplash/Alwi Hafizh A.

 وقال ربيعة والليث بن سعد وأبو حنيفة والأوزاعي واجبة على الموسر إلا الحاج بمنى. وقال محمد بن الحسن هي واجبة على المقيم بالأمصار والمشهور عن أبي حنيفة أنه إنما يوجبها على مقيم يملك نصابا

“Dan berkata Rabi’ah, al-Laits bin Sa’ad, Abu Hanifah dan al-Auza’i, berkurban adalah wajib atas orang yang kaya kecuali jamaah haji di Mina”.

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Adha Terbaru dan Terpopuler 2022, Tema: Hikayat Nabi Ibrahim Dalam Haji dan Kurban

Berkata Muhammad bin al-Hasan bahwa Kurban adalah wajib atas orang yang bermukim di kota-kota, yang masyhur dari Abu Hanifah bahwa beliau hanya mewajibkan kurban bagi orang mukim yang memiliki satu nishab (200 dirham)” (al-Imam al-Nawawi, al-Majmu’, juz.9, hal. 290).

Di antara argumen Abu Hanifah adalah haditsnya Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda:

 مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا

“Barang siapa mampu berkurban dan ia tidak melaksanakannya, maka janganlah ia menghadiri tempat shalat kami”. (HR. al-Baihaqi). Para ahli hadits menyebutkan bahwa hadits-hadits yang dijadikan hujjah mazhab Hanafiyyah adalah lemah, atau diarahkan kepada pengukuhan anjuran berkurban.

Syekh Wahbah al-Zuhaili mengatakan:

 وضعف أصحاب الحديث حديث الحنفية أو هو محمول على تأكيد الاستحباب كغسل الجمعة في حديث: غُسل الجمعة واجب على كل محتلم. ويرشد إليه الأثر أن أبا بكر وعمر كانا لا يضحيان، مخافة أن يرى الناس ذلك واجباً  والأصل عدم الوجوب.

“Para pakar hadits melemahkan hadits-haditsnya Hanafiyyah, atau diarahkan kepada pengukuhan atas kesunahan berkurban seperti masalah mandi Jumat dalam hadits Nabi; mandi Jumat wajib atas setiap orang baligh. Kesimpulan ini ditunjukkan oleh sebuah atsar bahwa Abu Bakar dan Umar tidak berkurban karena khawatir manusia meyakininya sebagai hal yang wajib, sementara hukum adalah tidak adanya kewajiban”. (Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz.3, hal.597).

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah