KABAR TEGAL - Viral di media sosial (Medsos) terutama di TikTok dan twetter soal jasa screen shot (SS) iPhone yang hangat diperbincangkan publik.
Ada pihak yang menanggapi jasa SS iPhone ini secara santai namun ada juga yang menganggap hal ini berkaitan dengan sikap flexing dan FoMo yang diamlai oleh generasi muda.
Apa itu flexing dan FoMo yang dimaksudkan. Berikut telah kami rangkumkan untuk Anda beberapa hal yang dapat menjadi bahan pembanding dalam menanggapi fenomena jasa SS iPhone yang viral di TikTok dan twetter.
Sebelumnya, berikut adalah tarif jasa SS iPhone yang ramai di Medsos TikTok dan twetter.
Kata flexing dalam bisnis merujuk pada cara pemasaran, yang paling umum digunakan dalam memperkenalkan kelebihan suatu produk atau jasa.
Namun dalam konteks ini, flexing lebih digambarkan sebagai sikap menonjolkan satu hal yang dianggap memiliki nilai prestise yang tinggi dan tak dimiliki setiap orang agar mendapatkan perhatian.
Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menanggapi fenomena ini. Ia mengatakan merek tertentu dianggap memamerkan kelas seseorang.
“Di Indonesia, memang ada inferiority complex. Jadi masyarakat merasa apa yang dimiliki itu sudah ada kelas atau nilai lebih di mata masyarakat," katanya.
Namun yang menjadi perhatian adalah sifat jasa SS iPhone sendiri adalah temporer.
"Sebenarnya ini membohongi mereka sendiri dan jaringan di sosial medianya dengan cara membeli layanan yang hanya bersifat temporer,” kata Bhima.
Dalam hal ini kita ketahui bahwa iPhone memiliki nilai prestise, sehingga jasa ss iPhone bisa merujuk ke arah flexing. Yang mana sebenarnya sikap ini berkaitan dengan istilah Fear of Missing out atau FoMo.
FoMo sendiri secara bahasa diartikan sebagai rasa takut akan ketinggalan, merujuk pada ketakutan seseorang akan ketinggalan informasi atau trend yang ada.
Dan yang perlu dipertimbangkan, bahwa sifat flexing maupun FoMo adalah bukan hal yang buruk, tergantung bagaimana cara mengolah dan menyalurkannya.***