Penyakit-Penyakit yang Sering Menyerang Ibu Hamil, Bahaya? Simak Penjelasannya

- 5 Maret 2022, 20:46 WIB
Ketika hamil ibu seringkali merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya. Bukan hanya perubahan hormon, namun ibu hamil kerap kali merasa lebih lemah dan rentan. Dari mulai gejala ringan hingga berat. Faktanya  dilansir dari CDC, ibu yang memiliki riwayat penyakit sebelum kehamilan bisa berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan. Namun, tetap dapat dicegah selama ibu aware dengan kondisi fisik dan psikologisnya agar tidak terjadi komplikasi selama kehamilan.  Setidaknya ada beberapa penyakit paling umum yang menyerang ibu hamil dari gejala ringan hingga berat. Berikut beberapa penyakitnya:  Anemia Kondisi sel darah merah yang lebih rendah dari normalnya. Ibu hamil yang mengalaminya akan merasa lemah dan mudah lelah. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan meresepkan obat dengan kandungan zat besi dan asam folat.  Infeksi Saluran Kemih (ISK) Diawal sering tidak menimbulkan gejala walaupun sebenarnya sudah terinfeksi selama 1 hingga 2 hari. ISK pada ibu hamil ditandai dengan rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil, kelelahan, mual, sakit punggung, demam ringan sedang dan ada pula yang tinggi, gemetar, urin keruh, bau urin menyengat. ISK akan diketahui dengan pengecekan sampel urin dilaboratorium, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobatinya.  Kesehatan Mental Dilansir dari After Hours Home Doctor, perubahan hormon pada ibu hamil mempengaruhi kesehatan mental. Beberapa kesehatan mental yang sering terjadi diantaranya stress, kecemasan, depresi, perasaan tidak berharga, kehilangan minat dalam aktivitas, murung, tidak berenergi, hilang nafsu makan, dan tidak mampu berkonsentrasi. Ibu hamil yang mengalami kesehatan mental cenderung tidak dapat mengurus diri dan bayi dikandungannya, jika terjadi lebih dari 2 minggu sebaiknya konsultasikan pada dokter. Gangguan kesehatan mental selama kehamilan juga memicu depresi pasca persalinan jika tidak segera diatasi.  Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki risiko yang cukup berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya. Hipertensi dapat memicu komplikasi kehamilan seperti preeklamsia, solusio plasenta (terlepasnya tali plasenta pada rahim), diabetes gestasional. Selain beberapa penyakit tersebut ibu dengan kondisi hipertensi berisiko melahirkan prematur bahkan kematian bayi. Perlu dilakukan pengecekan berkala bagi penderita hipertensi agar tetap stabil, menjaga pola makan, serta pengobatan medis perlu dilakukan setidaknya dimulai sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu.  Diabetes Gestasional Ketika ibu hamil yang sebelumnya sehat dan tidak memiliki riwayat diabetes namun selama kehamilan mengalami kenaikan kadar gula dalam darah maka disebut diabetes gestasional atau diabetes selama kehamilan. Biasanya gejalanya tidak terlalu terlihat, kondisi ini memicu depresi, kelahiran caesar, preeklamsia. Biasanya disebabkan kenaikan berat badan yang berlebih ditandai dengan lemah, haus, lapar, dan kelelahan. Perlu dilakukan pengecekan kadar gula dalam darah dan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi penyakit ini.  Obesitas dan Kenaikan Berat Badan Kenaikan berat badan selama kehamilan memang wajar karena janin sedang berkembang. Namun, kenaikan yang tidak normal perlu diperhatikan apalagi bagi ibu yang sebelum hamil sudah memiliki kondisi berat badan berlebih. Karena hal tersebut dapat memicu kelahiran prematur, risiko kelahiran caesar, dan diabetes gestasional. Penting bagi ibu menjaga berat badan dan pola makan sehat selama kehamilan. Bagi ibu yang memiliki berat badan berlebih sebelum kehamilan bisa berolahraga dan menurunkan berat badannya untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan.  Infeksi Eksternal Infeksi eksternal seperti flu, sakit perut mungkin terdengar ringan. Namun, penting bagi ibu untuk menjaga kebersihan agar terhindar seringlah cuci tangan, dan menghindari makanan yang tidak sehat. Semua itu dilakukan agar kondisi ibu dan bayi tetap sehat. Infeksi eksternal yang cukup parah diantaranya HIV, TB, dan Hepatitis.  Itulah beberapa penyakit yang sering menyerang ibu hamil. Pengecekan sampel urin dan darah penting dilakukan secara berkala sesuai panduan dokter agar ibu paham kondisi tubuhnya. Selain itu menjaga pola makan dan kebersihan wajib dilakukan./ Pixabay
Ketika hamil ibu seringkali merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya. Bukan hanya perubahan hormon, namun ibu hamil kerap kali merasa lebih lemah dan rentan. Dari mulai gejala ringan hingga berat. Faktanya dilansir dari CDC, ibu yang memiliki riwayat penyakit sebelum kehamilan bisa berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan. Namun, tetap dapat dicegah selama ibu aware dengan kondisi fisik dan psikologisnya agar tidak terjadi komplikasi selama kehamilan. Setidaknya ada beberapa penyakit paling umum yang menyerang ibu hamil dari gejala ringan hingga berat. Berikut beberapa penyakitnya: Anemia Kondisi sel darah merah yang lebih rendah dari normalnya. Ibu hamil yang mengalaminya akan merasa lemah dan mudah lelah. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan meresepkan obat dengan kandungan zat besi dan asam folat. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Diawal sering tidak menimbulkan gejala walaupun sebenarnya sudah terinfeksi selama 1 hingga 2 hari. ISK pada ibu hamil ditandai dengan rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil, kelelahan, mual, sakit punggung, demam ringan sedang dan ada pula yang tinggi, gemetar, urin keruh, bau urin menyengat. ISK akan diketahui dengan pengecekan sampel urin dilaboratorium, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobatinya. Kesehatan Mental Dilansir dari After Hours Home Doctor, perubahan hormon pada ibu hamil mempengaruhi kesehatan mental. Beberapa kesehatan mental yang sering terjadi diantaranya stress, kecemasan, depresi, perasaan tidak berharga, kehilangan minat dalam aktivitas, murung, tidak berenergi, hilang nafsu makan, dan tidak mampu berkonsentrasi. Ibu hamil yang mengalami kesehatan mental cenderung tidak dapat mengurus diri dan bayi dikandungannya, jika terjadi lebih dari 2 minggu sebaiknya konsultasikan pada dokter. Gangguan kesehatan mental selama kehamilan juga memicu depresi pasca persalinan jika tidak segera diatasi. Hipertensi Hipertensi atau tekanan darah tinggi memiliki risiko yang cukup berbahaya bagi ibu hamil dan janinnya. Hipertensi dapat memicu komplikasi kehamilan seperti preeklamsia, solusio plasenta (terlepasnya tali plasenta pada rahim), diabetes gestasional. Selain beberapa penyakit tersebut ibu dengan kondisi hipertensi berisiko melahirkan prematur bahkan kematian bayi. Perlu dilakukan pengecekan berkala bagi penderita hipertensi agar tetap stabil, menjaga pola makan, serta pengobatan medis perlu dilakukan setidaknya dimulai sebelum usia kehamilan memasuki 20 minggu. Diabetes Gestasional Ketika ibu hamil yang sebelumnya sehat dan tidak memiliki riwayat diabetes namun selama kehamilan mengalami kenaikan kadar gula dalam darah maka disebut diabetes gestasional atau diabetes selama kehamilan. Biasanya gejalanya tidak terlalu terlihat, kondisi ini memicu depresi, kelahiran caesar, preeklamsia. Biasanya disebabkan kenaikan berat badan yang berlebih ditandai dengan lemah, haus, lapar, dan kelelahan. Perlu dilakukan pengecekan kadar gula dalam darah dan pemeriksaan secara rutin untuk mendeteksi penyakit ini. Obesitas dan Kenaikan Berat Badan Kenaikan berat badan selama kehamilan memang wajar karena janin sedang berkembang. Namun, kenaikan yang tidak normal perlu diperhatikan apalagi bagi ibu yang sebelum hamil sudah memiliki kondisi berat badan berlebih. Karena hal tersebut dapat memicu kelahiran prematur, risiko kelahiran caesar, dan diabetes gestasional. Penting bagi ibu menjaga berat badan dan pola makan sehat selama kehamilan. Bagi ibu yang memiliki berat badan berlebih sebelum kehamilan bisa berolahraga dan menurunkan berat badannya untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan. Infeksi Eksternal Infeksi eksternal seperti flu, sakit perut mungkin terdengar ringan. Namun, penting bagi ibu untuk menjaga kebersihan agar terhindar seringlah cuci tangan, dan menghindari makanan yang tidak sehat. Semua itu dilakukan agar kondisi ibu dan bayi tetap sehat. Infeksi eksternal yang cukup parah diantaranya HIV, TB, dan Hepatitis. Itulah beberapa penyakit yang sering menyerang ibu hamil. Pengecekan sampel urin dan darah penting dilakukan secara berkala sesuai panduan dokter agar ibu paham kondisi tubuhnya. Selain itu menjaga pola makan dan kebersihan wajib dilakukan./ Pixabay /

KABAR TEGAL - Ketika hamil ibu seringkali merasa tidak nyaman dengan kondisi tubuhnya. Bukan hanya perubahan hormon, namun ibu hamil kerap kali merasa lebih lemah dan rentan. Dari mulai gejala ringan hingga berat.

Faktanya  dilansir dari CDC, ibu yang memiliki riwayat penyakit sebelum kehamilan bisa berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.

Namun, tetap dapat dicegah selama ibu aware dengan kondisi fisik dan psikologisnya agar tidak terjadi komplikasi selama kehamilan.

Baca Juga: Resep Basreng Pedas Kering, Caranya Mudah Banget Cocok Jadi Ide Jualan

Setidaknya ada beberapa penyakit paling umum yang menyerang ibu hamil dari gejala ringan hingga berat. Berikut beberapa penyakitnya:

  1. Anemia

Kondisi sel darah merah yang lebih rendah dari normalnya. Ibu hamil yang mengalaminya akan merasa lemah dan mudah lelah. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan meresepkan obat dengan kandungan zat besi dan asam folat.

  1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Diawal sering tidak menimbulkan gejala walaupun sebenarnya sudah terinfeksi selama 1 hingga 2 hari. ISK pada ibu hamil ditandai dengan rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil, kelelahan, mual, sakit punggung, demam ringan sedang dan ada pula yang tinggi, gemetar, urin keruh, bau urin menyengat.

Baca Juga: Link Nonton Live Streaming Borneo FC VS Persela Lamongan di BRI Liga 1, Berikut Prediksi Pemenangnya

ISK akan diketahui dengan pengecekan sampel urin dilaboratorium, biasanya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobatinya.

  1. Kesehatan Mental

Dilansir dari After Hours Home Doctor, perubahan hormon pada ibu hamil mempengaruhi kesehatan mental. Beberapa kesehatan mental yang sering terjadi diantaranya stress, kecemasan, depresi, perasaan tidak berharga, kehilangan minat dalam aktivitas, murung, tidak berenergi, hilang nafsu makan, dan tidak mampu berkonsentrasi.

Halaman:

Editor: Meigitaria Sanita

Sumber: CDC


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x