"Kalau Nazaret itu dijuluki burung tercepat se-jawa tenfah. Nazaret itu salah satu bentuk khayalan saya. Kalau pemain itu sering mengkhayalkan burung yang sangat cepat," tambahnya.
Menurutnya, Nazaret sebetulnya hanya menjuarai hanya sekali ketika memperebutkan piala Walikota Cup saat Walikotanya Siti Masitha Soeparno.
"Waktu itu tempatnya di kolongan Jalingkut Kota Tegal. Nazaret cidera dan engga lama setelah itu Nazaret meninggal," kenangnya.
Kini Koh Jun bersama 2 rekannya berkongsi membeli merpati seharga 1,8 miliar sebagai merpati termahal setelah merpati bernama Jaguar milik orang Pekalongan yang laku terjual seharga 1,5 miliar.
Merpati bernama Rampok itu mempunyai keistimewaan mengendalikan diri saat terbang berkompetisi mempengaruhi pergerakan terbang lawan.
"Saat itu Rampok berlomba di desa Legok di Bojong kabupaten pekalongan, waktu itu juara satunya mobil Ayla. Waktu itu juara satunya saya Bemo. Rampok belum menunjukkan keistimewaannya," ungkapnya.
Setelah lomba di Pekalongan belum maksimal, saat mengikuti lomba di Semarang, Rampok baru menunjukkan kiprahnya.
"Di Semarang pada hari Sabtu itu merupakan best of the best nya. Dia juara dua. Kemudian lomba utamanya pada hari minggunya dia mampu juara satunya. Itu dia yang membuat saya terkesima," jelas Koh Jun.
Lantas bagaimana merpati itu harganya bisa bisa melambung fantastis?
"Pada pemiliknya pak haji Roni, kita awalnya mengajukan tawaran 1,7 miliar. Itu belum dikasih dan kekeh diangka 2 M," katanya.