Selepas menetas dari telur, rata-rata maggot sudah bisa dipanen sampai dengan dua minggu. Hasil panen berupa larva tersebut pun siap dijual dalam bentuk basah dan kering.
Produk maggot dengan kandungan protein tinggi ini biasa dimanfaatkan untuk pakan ternak, baik burung, unggas maupun ikan.
Larva basah berupa maggot hidup ukuran besar dengan usia sekitar dua minggu dijual dengan harga Rp 8.000 per kilogram, sedangkan maggot hidup ukuran kecil yang baru menetas dijual Rp 15.000 per kilogram.
Sementara untuk larva kering berupa maggot yang digoreng dengan pasir panas ini tersedia dalam bentuk kemasan 75 gram yang dijual Rp 8.000. Sedangkan yang dibuat tepung dijual Rp 8.000 per kemasan isi 50 gram.
Ruko tempat budidaya sekaligus toko penjualan maggot milik Afifudin ini terletak di Jalan Raya Tegalandong, Desa Tegalandong, Kecamatan Lebaksiu atau sebelah utara Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Slawi.
Baca Juga: Cerita Menarik Dibalik Berdirinya Wisata Lembah Rembulan
Di hubungi secara terpisah, Afifudin mengatakan jika dari budidaya maggot ini dirinya baru membukukan penghasilan kotor sekitar Rp5 juta per bulan.
Ia menuturkan jika saat ini ada tiga orang yang bekerja mengelola maggot miliknya dan semuanya mantan anak punk.
“Untuk budidaya maggot ini memang diperlukan orang-orang yang tidak sungkan bersentuhan dengan limbah rumah tangga. Dan ketika sudah ikut merasakan dan belajar bersama beternak larva BSF, karena di sini kami juga sama-sama belajar, lalu diberikan tanggung jawab, mereka sudah bisa jalan sendiri. Saya tinggal mengawasi dan mengarahkan,” tutur Afif.***