Petani di Karangmalang Teriak Kekeringan, Dewi Aryani Hadir Berikan Solusi

29 Agustus 2023, 19:28 WIB
Anggota Komisi IX DPR RI Dewi Aryani saat berdialog dengan para petani yang mengeluhkan kekeringan dan krisis air di Desa Karangmalang, Kedungbanteng, Kabupaten Tegal. /Kabar Tegal/Dwi Prasetyo Asriyanto

KABAR TEGAL - Anggota Komisi IX DPR RI, Dewi Aryani meninjau langsung lahan pertanian yang mengalami kekeringan dan krisis air di Desa Karangmalang, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Selasa, 29 Agustus 2023. Hal itu dilakukan guna menanggapi keluhan para petani setempat terkait masalah tersebut.

Pada kesempatan tersebut, Dewi Aryani berdialog langsung dengan para petani. Bahkan, ia juga melakukan panggilan video dengan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana Harya Muldianto.

Dalam dialog panggilan video tersebut, Kepala BBWS Pemali Juana, yang juga sebagai pengelola Waduk Cacaban, menyepakati penambahan air 1.000 liter per detik untuk lahan pertanian selama dua minggu ke depan. 

Baca Juga: Hargai Jasa Senior, Dewi Aryani Jenguk Mbah Stem Subagyo

"Sesuai hasil dialog dengan Kepala BBWS Pemali Juana Pak Harya, disepakati penambahan air 1.000 liter per detik selama dua minggu. Dari penambahan air tersebut, setidaknya para petani bisa mengamankan sekitar 75 persen lahan dari total 450 hektar," kata DeAr, sapaan akrabnya kepada Kabar Tegal, Selasa, 29 Agustus 2023.

Menurutnya, program yang harus menjadi perhatian pemerintah pusat dan daerah adalah menjaga lingkungan agar sumber daya air tidak berkurang, seperti berhenti menebangi pohon, kemudian penghijauan harus masif dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Upaya ini dinilai bisa dilakukan untuk mencegah kekurangan air.

"Saya datang langsung karena mendengar keluhan langsung dari para petani yang meminta tolong agar panen kali ini tidak gagal, harapan hanya itu saja. Mereka hanya ingin air nya ditambah sedikit terutama yang dialiri ke lahan pertanian selama dua minggu," tuturnya.

Baca Juga: Kundapil di Kertaharja Kecamatan Pagerbarang, Dewi Aryani Gelar Sosialisasi Bangga Kencana

Ia menambahkan, jika dirasa masa tanam berikutnya hitungan tidak menguntungkan, maka petani bisa memilih menanam yang lain terutama yang tidak membutuhkan banyak air, seperti menanam palawija, jagung, dan masih banyak lagi. 

"Ini merupakan tanggung jawab semuanya untuk memberikan edukasi dan pengetahuan supaya petani lebih bijak lagi," tegasnya. 

Sementara itu, Pengelola Debit Waduk Cacaban Kabupaten Tegal, Samad, menerangkan bahwa Waduk Cacaban mengairi sekitar 7 ribu hektar lahan pertanian di lima kecamatan yakni Kedungbanteng, Pangkah, Tarub, Suradadi dan Kramat.

Baca Juga: Soal Penarikan Mobil Bantuan Operasional oleh Bachrudin Nasori, Ini Tanggapan PCNU Kabupaten Tegal

"Kekeringan lahan dan krisis air baru terjadi tahun ini karena adanya fenomena El Nino. Sebelumnya, ada suplai air hujan minimal sebulan sekali sehingga tidak sampai terjadi kekeringan, baru tahun ini terjadi kekeringan dan krisis air," ujar Samad. 

Menurutnya, debit air di Waduk Cacaban dulu bisa sampai 50 juta meter kubik, Namun kini turun menjadi 45 juta meter kubik kapasitas limpas. 

"Untuk posisi sekarang ini, kondisi air di Waduk Cacaban kritis karena hanya tersisa sekitar 7,3 juta meter kubik saja, padahal biasanya antara 45 juta sampai 50 juta meter kubik air. 

Baca Juga: Bachrudin Nasori Tarik Mobil Bantuan Operasional PCNU, Tak Terima Namanya Dihapus di Badan Mobil

"Betul sekarang ini bisa dikatakan kondisinya kritis, karena dari normalnya antara 45-50 juta meter kubik air, sekarang tinggal 7,3 juta meter kubik air saja. Tapi ya secara hitungan masih aman, terlebih ada tambahan air dari BBWS untuk penghematan dan ya supaya petani tetap bisa panen," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kabid Ketahanan Pangan Dinas KP Tan Kabupaten Tegal, Ahmad Mulya Aji, mengatakan bahwa lahan pertanian di area Desa Karangmalang saluran irigasi hanya mengandalkan dari Waduk Cacaban saja. 

Maka menurutnya, penghijauan harus dihidupkan kembali supaya sumber air bisa lebih baik kedepannya. 

"Kondisinya bisa dibilang kritis. Bisa dilihat kondisi lahan dan tanah di sekitar sini kering semua dan tidak ada hutan hijau. Sedangkan untuk penggiliran irigasi di lokasi ini sekitar seminggu sekali, dan tadi dapat tambahan dari BBWS selama dua minggu," pungkasnya.***

Editor: Dwi Prasetyo Asriyanto

Tags

Terkini

Terpopuler