Naskah Khutbah Hari Raya Idul Adha 1443 Terbaru dengan Tema: 6 Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim

- 7 Juli 2022, 19:32 WIB
Inilah teks khutbah Idul Adha 1443 H
Inilah teks khutbah Idul Adha 1443 H /Kemenag/

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Hari Raya Idul Adha Singkat Terbaru 2022, Tema: Makna Kurban Dalam Kehidupan

Ibrahim menjelaskan kepada mereka bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah karena mereka adalah makhluk yang mengalami perubahan, terbit lalu tenggelam. Sesuatu yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain pasti bukan tuhan.

Karena sesuatu yang berubah pasti membutuhkan kepada yang mengubahnya. Sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain, berarti ia lemah. Dan sesuatu yang lemah tidak mungkin disebut tuhan yang layak disembah. Perkataan Nabi Ibrahim kepada kaumnya: هذا ربي seperti dikisahkan dalam QS al-An’am ayat 76-78 adalah dalam konteks mendebat kaumnya dan menjelaskan bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah.

Perkataan tersebut tidak berarti Ibrahim menetapkan bulan, bintang, dan matahari sebagai tuhan. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah mengalami fase kebingungan mencari-cari Tuhan. Sebelum perdebatan itu, bahkan sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah mengetahui dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah. Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, Tuhan yang menghendaki terjadinya segala sesuatu dan yang berbeda dengan segala sesuatu.

Baca Juga: Contoh Teks Khutbah Idul Adha Singkat 2022, Tema Terbaru: Makna Ibadah Haji dan Berkurban Dalam Islam

Allah ta’ala berfirman:   وَلَقَدْ اٰتَيْنَآ اِبْرٰهِيْمَ رُشْدَهٗ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهٖ عٰلِمِيْنَ (الأنبياء: ٥١)  

Maknanya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya” (QS al-Anbiya’: 51).   Perkataan Nabi Ibrahim: هذا ربي ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah bermakna istifham inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud mengingkari bukan dengan tujuan menetapkan: “Inikah Tuhanku?”. Seakan-akan beliau ingin mengatakan: “Wahai kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?.

 Ini jelas bukan tuhanku karena ia berubah, terbit lalu terbenam.” Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama tafsir. Ibrahim adalah seorang nabi yang ma’shum dari kemusyrikan sebelum maupun setelah menjadi nabi.   Keempat, dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan. Rezeki telah diatur. Ajal sudah termaktub.   Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.   Kelima, tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.  

Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.  

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah 1443 H: Keistimewaan dan Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah