Sejarah Desa Depok, Penusupan, Pener dan Dermasuci

- 15 Desember 2020, 11:41 WIB
RUBRIK KHAZANAH
RUBRIK KHAZANAH /

Di tempat itu Wiragati bersama orang-orang kepercayaannya menetap dan mengajarkan 8 ajaran Jawa Dipa dan Budi pekerti sebagai olah rasa dan raga, lambat laun tempat tersebut disebut Padepokan. Lokasi tersebut sekarang dikenal dengan nama Candi Sigerit karena ada pohon jambu tua yang batangnya bersinggungan dengan batang pohon randu. Sampai sekarang di bawah pohon tersebut terdapat mata air yang ada bulus atau kura-kura yang sangat tua. Tepatnya berada di Balai Desa Depok ke Utara, itulah asal muasal Depok yang merupakan desa tertua diantara 4 desa lainnya di pinggir bantaran Kaligung.

Wiragati mempunyai pangikut setia 2 orang, yang berambut gondrong dijuluki si Gombak dan yang berambut gundul tapi bagian depan masih ada sisa rambutnya sedikit dijuluki si Kuncung. Sampai sekarang penduduk di 4 desa itu mempunyai mitos bila anaknya sakit sakitan waktu kecil maka rambutnya akan dicukur kuncung supaya bisa selamat sampai dewasa.

Di sisi lain ada juga anak kecil yang sampai besar tidak dicukur dan tetap berambut panjang karena percaya pada mitos yang sama.

Wiragati mempunyai empat anak, yang tertua perempuan diberikan sebidang tanah sebagai simbol bahwa awal hati dan pikiran dalam melangkah harus benar dan lurus. Maka tanah pemberian itu disebut Pener yang artinya benar dan lurus. Dengan demikian keturunan Wiragati di Desa Pener adalah anak yang paling tua.

Anak kedua laki laki kemudian diberikan tanah sebagai simbol bahwa setelah manusia berperilaku benar dan lurus maka manusia harus punya sanubari, perasaan dan empati. Dalam bahasa Jawa kuno disebut Nusup. Maka seiring perjalanan waktu, tanah tersebut dinamakan Penusupan dengan maksud keturunan Wiragati selalu menggunakan sanubari dan perasaan dalam melangkah. Karena anak kedua adalah anak laki laki maka diberikan tanah paling luas dibanding saudara yang lain, sehingga Desa Penusupan wilayahnya lebih luas dibandingkan Desa Pener dan Depok.

Setelah Wiragati mangkat, kemudian anak laki laki wiragati melanjutkan ajaran Budi pekerti yang diajarkan ayahandanya. Wiragati memberi pesan kepada putranya saat memberikan tanah, yang merupakan simbol bagi anak keturunannya. setelah hidup benar dan lurus serta welas asih maka jalan selanjutnya harus berdarma, yakni selalu memberikan tenaga, pikiran atau harta supaya batin menjadi suci. Selanjutnya tanah itu disebut Darma Suci. Dalam perjalanan waktu menjadi dermasuci

Sedangkan tanah Depok diberikan kepada anak terakhir Wiragati. Anak terakhir Wiragati ini seorang perempuan.

Jadi walaupun Depok adalah Desa tertua namun keturunan Depok adalah yang paling muda dibandingkan tiga desa lainnya.

Sementara Anak ketiga bernama Roro Wulan diambil menjadi selir Pati Unus yang merupakan Raja kedua Kerajaan Demak.
Pada akhirnya sampai sekarang nama nama pedukuhan di 4 desa tersebut diberikan nama oleh sesepuh keturunan Wiragati setiap hendak memberikan tanah kepada anak-anaknya, seperti sigarung, keplik, nalaba, jerotengah, pangkalan, keleben, dukuh, sibelo, serog, jenggul, mingkrik, Guyangan dan lain lain berdasar peristiwa atau tanda lainya.

Wiragati dimakamkan di Sigarung Pener, selatan arah jalan ke Dermasuci, karena di akhir hayatnya ia didampingi anak perempuan tertuanya yang mendapatkan tanah Pener.

Halaman:

Editor: Dasuki Raswadi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x