”Itu namanya kuda lumping janturan,” ucap seseorang yang memimpin kuda lumping tersebut.
Baca Juga: Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum Kini Hadir di PLN Slawi, Segini Tarifnya
Sebagian pengunjung pun kaget karena mereka jarang melihat pertunjukan seperti itu.
”Jujur kami kaget. Sampai jantungnya cop-copan,” ucap Desy, salah satu pengunjung.
Berbeda dengan kuda lumping dari Desa Kedungwungu. Kepala Desa Kedungwungu Abdul Mukhit yang juga memimpin pertunjukan itu menamakannya Kuda Lumping Kalijingkang.
Para penampil awalnya menyalakan ukup atau menyan. Empat perempuan berdiri disamping kuda lumping. Saat kemudian music dinyalakan, empat perempuan itu menaiki kuda lumping dan langsung menari.
”Kesenian kuda lumping tersebut warisan nenek moyang. Aslinya berjumlah 6 orang. Kuda lumping dinaiki, penari langsung joget. Sebenarnya ada musik terbang dan gong-gong kecil. Namun mau dibawa agak kerepotan pada festival ini,” ucapnya.
Baca Juga: Jokowi Resmikan Tol Bocimi Seksi 2, Kini Jakarta-Sukabumi Cuma 2,5 Jam
Dia berharap kesenian kuda lumping kalijingkang yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu itu menjadi tradisi dan tidak hilang. Karena itu, salah satu menjaga warisan nenek moyang itu dengan menyuguhkan kesenian tersebut pada saat hari kemerdekaan.
Sementara itu, Ketua DKDKT Ki Haryo Susilo, didampingi Ketua DKKT Imam Joend menjelaskan, Festival Seni dan Budaya ini merupakan yang keenam dalam rangka Tilik Desa Bupati Tegal 2023. Pihaknya sangat mengapresiasi pihak kecamatan dan pemerintah desa yang telah mengirimkan warganya untuk berpatisipasi mengikuti kegiatan tersebut.