Upaya BUMDes Maju Jaya Tonggara Putus Mata Rantai Tengkulak dengan Gelontorkan Modal kepada Petani

- 12 Maret 2022, 19:54 WIB
Suasana di gudang penjemuran jagung BUMDes Maju Jaya Desa Tonggara
Suasana di gudang penjemuran jagung BUMDes Maju Jaya Desa Tonggara /Kabar Tegal / Sandy /

KABAR TEGAL - Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Jaya Desa Tonggara, Kecamatan Kedungbanteng terus mengembangkan unit usahanya di bidang pertanian berupa Kerja Sama Usaha Tani (KSUT) yang bekerja sama dengan Gapoktan setempat. 

Kerja Sama Usaha Tani ini merupakan upaya BUMDes untuk memutus mata ratai tengkulak yang nota bene sangat merugikan petani. Dalam prakteknya, tengkulak memberikan pinjaman modal kepada petani sejak awal musim tanam berupa uang tunai, dan perjanjian jika panen hasilnya wajib dibeli oleh tengkulak dengan harga beli yang tak sesuai harga pasar. 

"Setelah dilantik akhir tahun  2020 lalu, kami melakukan kajian terkait unit usaha yang bisa dijalanan dan punya potensi yang bagus. KSUT ini bisa dikatakan keputusan yang spontan, setelah rapat, kami coba gelontorkan penyertaan modal sebesar Rp 30 juta di akhir tahun 2021 lalu. Pada bulan Maret ini mulai panen raya," jelas Sandy, Ketua BUMDes Maju Jaya ketika ditemui di gudang penjemuran jagung, Sabtu 12 Maret 2022 siang. 

Baca Juga: Rumus 'Kentir' Mulyono Sukses Nahkodai BUMDes Wringin Jaya, Sumbang PAD Hingga Ratusan Juta Rupiah

Jagung tengah dijemur untuk menurunkan kadar air (KA)
Jagung tengah dijemur untuk menurunkan kadar air (KA)
Desa Tonggara sendiri merupakan salah satu wilayah penghasil jagung di Kabupaten Tegal. Tak tanggung-tanggung, setiap kali musim panen tak kurang ribuan ton jagung pipilan kering dihasilkan di wilayah yang berjarak 6 kilometer dari pusat Kota Slawi ini.

"Potensinya sangat-sangat besar, tapi petani terkadang terlilit hutang yang tak sedikit. Bunga pinjaman bahkan hingga 30 persen, dan hasil panen juga harus dijual ke tengkulak," tambah Sandy.

Dengan KSUT ini, BUMDes berupaya hadir dengan memberikan permodalan bukan berupa uang tunai, tapi berupa bibit, pupuk, dan kebutuhan tanam lainnya sejak awal musim tanam. Kisarannya pun bervariasi, mulai dari Rp 3 juta - Rp 7 juta per petani. 

"Kami berikan modal berupa kebutuhan tanam dan pupuk. Pada uji coba pertama ini, sedikitnya ada belasan petani yang kami berikan modal KSUT, sambil kami mempelajari dan menghitung formulasi yang tepat agar tidak memberatkan petani dan BUMDes juga bisa meraih profit," jelas Sandy. 

Baca Juga: Bangun Ekosistem Ekonomi Kreatif Lewat Program Desa BRILian, BUMDes Diharapkan Jadi Lokomotif Penggerak

Dalam menyediakan kebutuhan tanam, BUMDes menaikkan harga jual kebutuhan tanam (bibit, pupuk, obat-obatan) sebesar 10 persen, yang akan dipotong langsung pada saat panen. BUMDes membeli dan menampung hasil panen jagung dari petani mengikuti trend harga pasar. 

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x