Network
KABAR TEGAL - Bagi sebagian generasi grup musik dan penyanyi era tahun 60 hingga 70an, Studio Lokananta merupakan studio paling dikenal.
Awal berdirinya pada 29 Oktober 1956, Lokananta didirikan dengan nama resmi Pabrik Piringan Hitam Lokananta yang saat itu berfungsi sebagai studio rekaman pendukung RRI.
Mengenai kabar bahwa Studio Lokananta sebagai perusahaan BUMN itu akan dimuseumkan oleh pemerintah Kota Solo, hal itu ditanggapi Endang S Sahlan dari Percetakan Negara selaku pembina Studio Lokananta melalui staf marketing studio Lokananta, Anggit Wicaksono.
"Bukan dimusiumkan. Jadi Lokananta itu sebetulnya sudah membuka diri untuk kunjungan umum. Masyarakat secara umum dapat mengunjungi Lokananta itu mulai dari tahun 2012," ujarnya.
Semenjak dirinya masuk di Studio Lokananta tahun 2017, ia mencoba untuk lebih mengorganisir agar lebih tertata.
Baca Juga: Setelah Melakukan Restrukturisasi, Erick Thohir Tetapkan 7 BUMN yang Akan Ditutup
"Ya saya mencoba untuk lebih terorganisir saja. Kalau dulu sebatas satpam yang antar tamu, sekarang ada guide yang membimbing para tamu," kata Anggit. Adanya mematok tarif masuk Rp20 ribu, menurutnya karena perusahaan BUMN tentu mencari profit.
"Adanya tarif dua puluh ribu sudah termasuk merchandise, karena engga bisa dipungkiri dibawah BUMN ya mencari profit. Lokananta sekarang dibawah pembinaan Percetakan Negara jadi Cabang Solo Percetakan Negara," tambahnya.
Pada ulang tahunnya yang ke-65 ini, mereka berharap untuk bisa lebih diperhatikan lagi dan dikembalikan pada kodratnya seperti awal.
"Semoga Lokananta bisa kembali kodratnya seperti awal bisa mencetak pringan hitam lagi sebagai salah satu studio rekaman terbaik di kota Solo," harapnya.
