Sri Lanka memiliki utang sebesar US$51 miliar atau sekitar Rp734 triliun. Akibatnya banyak masyarakat yang menderita, ditambah lagi adanya pemadaman listrik secara bersamaan.
Hal ini disebabkan pemerintah sudah tidak mampu lagi membeli bahan bakar untuk membangkitkan listrik.
Selain itu krisis makanan dan juga obat-obatan hingga bahan bakar menambah penderitaan masyarakat Sri Lanka.
Hal ini mendorong warga Sri Lanka turun ke jalanan dan menuntut sang perdana menteri Mahenda Rajapaksa karena dinilai tidak becus dalam menangani krisis di negaranya, sehingga menimbulkan penderitaan kepada masyarakat.
Setelah perdana menteri Mahenda Rajapaksa mengundurkan diri krisis di negara Sri Lanka pun tidak kunjung membaik dan malah lebih parah dibanding sebelumnya, sehingga Sri Lanka dinyatakan sebagai negara yang bangkrut.
Masyarakat pun mulai berbondong-bondong pindah ke Australia melalui jalur lautan.
Hal ini disebabkan banyak warga yang menderita dan kelaparan dan ingin mengubah kehidupannya dengan pindah ke Australia, dan berharap kehidupannya menjadi lebih baik dibandingkan terus berada di Sri Lanka.***