Bjorka Disinyalir Orang Indonesia, Namun Kenapa Belum Ditangkap, Begini Menurut Gildas Deogrant Lumy

- 14 September 2022, 17:24 WIB
Ketua Koordinatotr Forum Keamanan Siber dan Informasi, Gildas Deogrant Lumy membicarakan bisnis ekosistem dan keamanan siber
Ketua Koordinatotr Forum Keamanan Siber dan Informasi, Gildas Deogrant Lumy membicarakan bisnis ekosistem dan keamanan siber /Deddy Corbuzier PodCast/Tangkap layar Deddy Corbuzier

KABAR TEGAL - Belakangan, publik ramai membicarakan Bjorka, hacker yang menggemparkan Indonesia setelah menyebar data pejabat negara. Presiden Jokowi hingga Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Mekomarinvest), Luhut Binsar Pandjahitan tak luput dari aksinya.

Atas hal tersebut tentunya publik dibuat heboh terkait siapakan Bjorka, dan seberapa berbahaya jika data-data masyarakat tersebar.

Dalam Podcast, Deddy Corbuzier mengundang seorang ahli siber, Gildas Deogrant Lumy, Ketua Koordinator Forum Keamanan Siber dan Informsi (Formasi) pada Podcast yang tauyang di chanelnya 14 Rabu, September 2022.

Baca Juga: Puluhan Rumah di Desa Pagerbarang, Kabupaten Tegal Disapu Angin Puting Beliung

Gildas benyek menjelaskan terkait identitas Bjorka yang banyak disebut bersa; dari Indonesia dan sistem ekosistem siber.

"Saya pribadi juga berkesimpulan yang sama, paling tidak (Bjorka) dari Indonesia," kata Gildas. ketika menjawab pertanyaan Deddy Corbuzier.

Namun Gildas menyatakan bahwa bukan Bjorka yang melakukan Hack, melainkan hanya menyebar data.

"Paling tidak untuk kasus yang 1,3 miliar data dia beli dari yang lain," jelasnya.

Baca Juga: Indonesia Kirim 15 Personil dalam Konferensi Polwan Internasional di Kanada

Lebih lanjut, Gildas menjelaskan terkait ekosistem bisnis di dark web.

"kalau kita lihat bisnis ekosistem di dark web secar umum bukan peretasnya yang langsung menjual," katanya.

Namun apa itu 'Dark Web', sebuah istilah yang sering terdengar namun sama sekali tak tergambarkan dalam benak masyarakat umumnya.

"Jika kita lihat Internet sebagai gunung es, maka dark web adalah ujung paling bawahnya gunung es," tutur Gildas.

Baca Juga: Indonesia Kirim 15 Personil dalam Konferensi Polwan Internasional di Kanada

Gildas melanjutkan bahwa 90 persen pengguna dark web adalah penjahat, penegak hukum, atau orang yang memang melakukan investigasi dan mengetahui tentang siber security.

"99 persen isinya penjahat, atau penegak hukum, atau kami-kami yang memang melakukan investigasi atau research siber security," terangnya.

Namun menanggapi pertanyaan Deddy Corbuzier terkait sulitnya menangkap Bjorka jika misal ia adalah orang Indonesia, Dildas menjelaskan bahwa fokusnya belum untuk menangkap Bjorka, namun masih dalam penyelidikan terkait sumber data yang didapat Bjorka.

Baca Juga: BSU Rp600 Ribu Cair September 2022, el Status Penerima di sso.bpjsketenagakerjaan.go.id

"Sebetulnya bukan susah sekali ya, karena memang fokusnya sekarang adalah mencari tahu itu data dari mana sumbernya, mengelola isu yang ada berkoordinasi. Jadi ini belum sampai tahap yang menginvestigasi pelakunya," kata Gildas.

kembali ditanyai terkait apakah Bjorka bisa tertangkap, Gildas dengan tegas menyatakan bisa.

"Bisa, tinggal soal waktu saja, tapi tidak seperti yang di film-film dua-tiga menit selesai" ujar Gildas.

Baca Juga: Cara Cek Penerima BLT UMKM yang Cair September 2022, Cek Satatus Penerima di eform.bri.co.id

Ditanyai sistem keamanan siber Indonesia, Gildas menerangkan jika dalam rentang 1-10 nilai keamanan siber Indonesia adalah 3.

"Kalo 1 itu buruk banget, 10 itu bagus banget, ya kita 3 lah plus doa," kata Gildas sembari teratawa.

Lebih lanjut ketika ditanyai terkait pernyataan Menkominfo yang menatakan masyarakat harus menjaga data pribadi, dan identitasnya, Gildas menyatakan itu tidak mungkin bisa.

Baca Juga: Seorang Pemuda Dibekuk Satres Narkoba Karena Kedapatan Menyimpan Sabu di Kamarnya

"Bukan susah, karena memang tidak mungkin, itu kan sebagai identitas, Misal kita masuk ke gedung, ke resepsionis KTP kita ama dia di-Scanning, kalo ga mauga bisa masuk gedung," terangnya.

Ia melanjutkan tenteng ketidak mungkinan menjaga identitas pribadi masing masing tanpa sistem yang abgus secara substnsif dari pemerintah.

"Layanan pemerintah yang kita tahu pasti tidak aman ga punya pilihan," ujarnya.

Baca Juga: 10 Ide Caption Keren yang Bisa Lengkapi Unggahan Media Sosialmu, Cek Selengkapnya

Di akhir podcastnya, Deddy Corbuzier dan Gildas menyatakan pemerintah kita sudah harus berrevolusi pola pikirnya untuk mengejar kemajuan siber.

" Ya intinya pemerintah harus berrevolusi pola pikirnya sementara kita berdoa," sahut Deddy dan Gildas.***

 

Editor: Dwi Prasetyo Asriyanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah