Tiga syarat Taubat Nasuha dari Perbuatan Dosa Kecil Maupun Dosa Kecil, Simak Yuk!

- 20 Januari 2023, 10:40 WIB
Foto Bimas Kemenag RI
Foto Bimas Kemenag RI /

KABAR TEGAL — Setiap manusia pasti pernah berbuat salah dan dosa. Seringkali kita terjerumus dalam dosa kecil maupun besar. Memang, bagaimanapun juga kita bukanlah nabi yang bisa sempurna. Namun yang pasti, sekelam apapun dosa yang pernah perbuat, ingatlah bahwa pintu taubat selalu terbuka. Selagi masih bernyawa, maka masih ada kesempatan untuk bertobat.

Setiap manusia tidak bisa lepas dari dosa, termasuk dalam hal ini dosa besar. Meski demikian, Allah yang Maha Agung dan Kuasa memberikan kesempatan pada manusia untuk bertaubat. Taubat nasuha yang dilakukan manusia, akan mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah. Untuk itu, seorang hamba harus memperhatikan syarat agar taubat diterima oleh Allah.

Baca Juga: Jangan Dianggap Sepele Dua Hal Yang membuat Suami Benci Pada Istri, Yuk Simak Penjelasan dr. Aisyah Dahlan!

Menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam syarah Salālimul Fudholā ‘ala Hidāyah al Adzkiyā ilā Thorīq al Auliyā`, terdapat beberapa syarat agar taubat seorang diterima Allah. Ulama asal Nusantara ini, menukil bait syiir gubahan Syekh Yahya ad-Din bin al-‘Araby al-Maghribi:

اطلب متابا بالندامة مقلعا # وبعزم ترك الذنب فيما استقبلا

وبراءة من كل حق الآدمي # ولهذا الأركان فارغ وكملا

Bertaubatlah dengan menggantungkan rasa penyesalan;

Dan bertekad untuk meninggalkan dosa di kemudian hari;

Selesaikanlah urusan dengan sesama manusia;

Inilah beberapa rukun taubat, maka penuhilah dan sempurnakanlah.

Tiga Syarat Taubat Nasuha

Ditulis Ulang oleh Kabar Tegal dari laman faacebook bimas islam kemenag RI, ada syarat yang harus diakukan oleh seseorang jika akan bertaubat.

Pertama, syarat taubat adalah menyesali perbuatan dosa yang telah ia lakukan. Penyesalan dosa bagian penting dalam urusan taubat. Itu sebagai tanda bahwa ia telah menyesal atas dosa di masa lalu. Lebih lanjut, tanda orang yang menyeseli dosanya.

Kata Imam Nawawi ialah bergetarnya hati dan menetesnya air mata. Pasalnya, tanda-tanda itu benar-benar datang dari lubuk hatinya. Dengan deraian air mata, diharapkan penyesalannya kekal dan tidak akan tercebur pada lobang dosa lagi.

Baca Juga: Tumbuhkan Sikap Berbudi Pekerti Luhur, SMK BP Adiwerna Adakan Kegiatan Jumat Berkah, Akhlak dan Qur’ani

Kedua, bertekad dalam hati tidak mengulangi dosa lagi. Ini adalah tahapan kedua dalam taubat. Setelah menyesal, seorang memperkuat niat itu dengan bertekad tidak akan mengulangi dosa besar masa lalu itu. Untuk itu, seyogianya juga meningkatkan kualitas diri, melakukan perbuatan yang lebih baik.

Ketiga, syarat berikutnya ialah ialah menyelesaikan urusannya dengan hamba Allah. Syarat ini penting sekali. Urusan manusia memang harus diselesaikan, sebab Allah menjamin hak-hak anak Adam. Dan hal yang paling penting adalah niat serta usaha untuk menyelesaikannya.

Syaikh Nawawi al-Bantani menjelaskan, seseorang yang telah berniat untuk melunasi hutangnya namun tak keburu terlunasi karena tak mampu dan meninggal, ia takkan ditagih di akhirat sebab ia telah membawa niat baik untuk melunasinya.

Sebab Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis shohih riwayat Muslim:

من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه

 

“Orang yang pernah menzhalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal shalih, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezhalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal shalih, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia dhalimi”. (HR. Bukhari no.2449).

Tiga syarat dalam taubat ini diintisarikan dari Al-Qur’an yang termaktub dalam surat Ali Imran ayat 135:

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Artinya: dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

Semoga kita semua di penghujung hayat dikembalikan kepada Sang pemilik dalam keadaan suci.***

Editor: Retno Dwi Marcelina

Sumber: Bimas Islam Kemenag RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah