Contoh Teks Khutbah Idul Adha Singkat 2022, Judul Terbaru: Hakikat Hari Raya Idul Adha Dan Ibadah Haji

- 8 Juli 2022, 09:11 WIB
Contoh teks Khutbah Idul Adha singkat 2022, judul terbaru: Hakikat Hari Raya Idul Adha Dan Ibadah Haji
Contoh teks Khutbah Idul Adha singkat 2022, judul terbaru: Hakikat Hari Raya Idul Adha Dan Ibadah Haji /Freepik.com/YusufSangdes/

Allahu Akbar x3 Walillahil hamd

Ibadah haji bukan semata-mata aktivitas fisik seperti berkeliling ka’bah, lari-lari kecil dari shofa ke marwa, melemparkan batu-batu kerikil (mbalang jumrah), memotong rambut, memakai kain putih tanpa jahitan (pakaian ihram), dan sebagainya. Akan tetapi,  ibadah haji merupakan ibadah lahiriah dan batiniah, material dan spiritual, fisik dan psikis yang berpadu dan menyatu dalam rangka berkomunikasi pada Allah, untuk taqorrub lillah, sekaligus untuk menghadap Sang pencipta alam semesta dengan penuh keikhlasan. Oleh karena itulah, Allah mensyaratkan tiga hal yang wajib dipatuhi oleh orang-orang yang berhaji yakni la rafatsa (tidak melakukan hal-hal yang bersifat sensualitas dan seksualitas), la fusuqa (tidak boleh berbuat fasiq), dan la jidala (tidak boleh berbantah-bantahan). Hal ini sangat tegas difirmankan oleh Allah dalam Alquran surat Albaqarah ayat 197 yang berbunyi.

ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ ٩٧

Artinya: Barangsiapa yang yang menetapkan niatnya akan mengerjakan haji maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.

Allahu Akbar x3 Walillahil hamd

Dari ayat itu cukup jelas, bahwa orang yang akan menyempurnakan Islamnya cukup berat sebab ketiga hal tersebut sulit dihindari oleh kebanyakan orang. Ayat tersebut secara tersirat juga dapat dimaknai bahwa orang yang akan mendekatkan diri kepada Allah harus bersih diri dan sudah bertaubat. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah yang sudah berhaji maupun yang belum berhaji kita harus dapat mengambil pelajaran dari ayat tadi.

La rafatsa  janganlah sekali-kali kita mengatakan, melakukan, dan mempertontonkan hal-hal yang mengarah pada nafsu birahi juga kata-kata kotor lainnya. La fusuqo, janganlah berbuat fasik sebab fasik itu berupa gunjingan dan fitnahan juga pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum syara’ lainnya. Dalam pandangan Islam gunjingan dan fitnah serta melanggar hukum syara’ adalah termasuk dosa besar. Kita harus menghindar dari sifat fasiq janganlah sekali-kali kita melakukannya lebih-lebih untuk tujuan tertentu seperti pangkat, jabatan, dan harta benda. Selanjutnya yang ketiga para hadirin, la jidala, janganlah berbantah-bantahan, bertengkar, atau berdebat pada sesama, baik langsung maupun lewat medsos, sebab jidal ini akan mengantarkan manusia pada permusuhan, perpecahbelahan, pertikaian, bahkan bisa jadi saling bunuh. Oleh karena itu, jika kita ingin menyempurnakan keislaman dan ketakwaan kita pada Allah maka kita wajib menjauhi ketiga larangan tadi.

Allahu Akbar x3 walillahil hamd

Bentuk peribadatan kedua pada bulan haji ini adalah ibadah kurban, yakni penyembelihan binatang ternak seperti onta, sapi, kerbau atau kambing. Ibadah ini bukanlah formalitas semata, yakni memotong kambing dan membagikannya kepada fakir miskin lalu sebagian digunakan untuk makan-makan. Akan tetapi ibadah ini sesuai dengan namanya Qurban yakni untuk mendekatkan diri pada Allah dengan penuh keikhlasan dan keimanan. Ingatlah kembali para hadirin sejarah ibadah ini.

Dulu, Nabi Ibrohim As sangat menginginkan lahirnya seorang anak sebab sudah amat sangat tuanya beliau berumah tangga tidak kunjung dikaruniai anak, beliau berdoa kepada Allah sepanjang hari, bulan, dan tahun hingga akhirnya Allah SWT memberinya seorang anak yang amat cerdas, tampan, dan salih bernama Ismail As. Namun, ketika Ismail menjelang remaja, Ibrohim bermimpi mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya yang amat dikasihinya itu.

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah