Napak Tilas Fosil Purba Tertua di Pulau Jawa di Aliran Sungai Cisaat Galuhtimur

- 31 Oktober 2022, 14:35 WIB
Para pecinta sejarah kepurbakalaan asal kota batik Pekalongan yang tergabung dalam Yayasan Lhaguira, menggelar kegiatan edukasi fosil purba
Para pecinta sejarah kepurbakalaan asal kota batik Pekalongan yang tergabung dalam Yayasan Lhaguira, menggelar kegiatan edukasi fosil purba /Sri Yatni /

Pihaknya juga mengapresiasi upaya Pemkab Brebes yang sudah memulai membangun bangunan utama museum yang berbentuk oval berukuran 15 x 15 meter itu, karena itu merupakan langkah realisasi untuk menjadikan situs Buton menjadi geopark.

Menurutnya, usulan tersebut selain sebagai upaya pelestarian terhadap warisan geologi, kemudian sebagai pusat pendidikan/edukasi sejarah, dan sekaligus tempat wisata sehingga bonusnya juga akan memberikan peluang kesejahteraan ekonomi bagi warga setempat dan sekitarnya dari para wisatawan yang datang, termasuk juga akan menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Baca Juga: Polres Tegal Gelar Upacara Pembentukan Tim SAR ARNAVAT di Pantai Munjungagung, Ini Tugas yang Akan Dilakukan

“Kita jamin, kami warga Galuh Timur tidak akan memperjualbelikan fosil kepada siapapun karena ini merupakan warisan nenek moyang dan untuk pendidikan sejarah bagi seluruh umat manusia,” tandasnya.

Terkait upaya menjadikan Situs Buton sebagai geopark, Didit Hadi Barianto selaku peneliti kepurbakalaan dari UGM Yogyakarta sebelumnya pernah menyatakan dukungannya. Itu karena Situs Buton meliputi cakupan wilayah yang luas untuk diteliti yakni 3 kecamatan (Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung).

Dari ketiga kecamatan tersebut terdapat 6 sungai yang kemungkinan menyimpan fosil-fosil purbakala, yaitu alliran Sungai Pemali, Sungai Glagah, Sungai Bodas, Sungai Cisaat dan Sungai Gintung.

Baca Juga: Polres Tegal Gelar Upacara Pembentukan Tim SAR ARNAVAT di Pantai Munjungagung, Ini Tugas yang Akan Dilakukan

Jadi, menurut peneliti purbakala itu, Situs Buton sangat layak dijadikan geopark mengingat juga ditemukannya homo erectus yang kelasnya mendunia. Pasalnya, homo erectus baru ditemukan di lima negara, dimana salah satunya di Bumiayu dan Tonjong.

Terlepas dari itu, untuk diketahui juga bahwa keberadaan Situs Buton telah lama diteliti oleh para ahli purbakala mulai tahun 1920-an. Walaupun sempat terhenti, namun sejak ditemukannya kembali fosil-fosil kayu (2013), fosil Batu Akik (2014), fosil-fosil hewan (2015).

Kemudian pada tahun 2017, di aliran Sungai Cisaat Galuh Timur juga ditemukan fosil manusia purba homo erectus arkaik (batok kepala, tulang rahang dan akar gigi), dimana usianya diperkirakan para peneliti lebih tua dari homo erectus di Sangiran, Sragen (1,5 juta tahun). Setelah adanya penemuan ini maka para peneliti sejarah kembali datang ke Situs Buton pada 2019 sebelum pendemi covid-19.

Halaman:

Editor: Dessi Purbasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x