Diskusi Gending Tegalan Hadirkan 2 Pembicara Asal Amerika Serikat

- 20 Desember 2021, 10:28 WIB
Suasana diskusi Gending Tegalan yang menghadirkan 2 Pembicaranya dari Amerika Serikat yang bertempat di Pendopo Ki Gede Sebayu, Kota Tegal, Minggu, 19 Desember 2021 malam.
Suasana diskusi Gending Tegalan yang menghadirkan 2 Pembicaranya dari Amerika Serikat yang bertempat di Pendopo Ki Gede Sebayu, Kota Tegal, Minggu, 19 Desember 2021 malam. /Kabar Tegal / Anis Yahya/

KABAR TEGAL - Dewan Kesenian Tegal melalui Komite Musik selenggarakan Pertunjukan Musik dan Diskusi Budaya dengan tema "Gending Tegalan Menghadapi Masa Depan" di Pendopo Ki Gede Sebayu, komplek Pemerintah Kota Tegal, Minggu 19 Desember 2021 malam.

Diskusi Budaya menghadirkan 2 pembicara dari Amerika Serikat, Dr. Sean Hayward, M.FA., BM dan Prof. Rene T.A, Lysloff serta moderator Gendra Wisnu Buana.

Hadir pula beberapa Dalang seperti Ki Gunawan dan Ki Anton Surono menghangatkan diskusi yang juga dhadiri para Seniman dan Budayawan antara lain Yono Daryono yang juga Ketua DKT Kota Tegal, Atmo Tan Sidik, M Enthieh Mudakir, Wowok Legowo, Lanang Setiawan dan para peminat Karawitan.

Baca Juga: Resmi Terima Hadiah, Senyum Bahagia Hiasi Wajah Pemenang Lomba Seni Budaya Kabupaten Tegal

Kepada Kabar Tegal, Gendra Wisnu Buana yang juga selaku Ketua Komite Musik mengatakan diselenggarakannya Gending Tegalan berangkat dari rasa keprihatinan kurang pedulinya kalangan muda.

"Saking sedikitnya peminat dari kalangan remaja maka komite musik mencoba untuk membuat pertunjukan gamelan," ujarnya.

Menurutnya, badan dunia PBB Unesco telah memasukan Gamelan sebagai peninggalan bukan benda sebagai warisan yang wajib dilindungi.

Baca Juga: Teliti Kebudayaan Lokal, Mahasiswa STAIB Masuk 12 Besar LKTIM Nasional

"Dan kabar yang menggembirakan kan 15 Desember lalu itu gamelan menjadi warisan budaya tak benda," ungkap Gendra.

Tentang penggunaan Gending Tegalan, Gendra menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Gending Tegalan itu merupakan lagu Tegalan yang dibawakan dengan instrumen gamelan.

Jadi menempelkan kata Gending yang dalam bahasa Indonesia, Gending artinya lagu, hanya sebuah kata dengan tujuan esensialnya bangkitkan minat kaum milenial melirik dan mencintai Gamelan sebagai instrumen musik tradisional dari kepunahan.

"Jadi maksud dari Gending Tegalan itu lagu Tegalan yang dimainkan dengan instrumen gamelan. Tegal kan punya lagu khas Tegalan, dan itu biasa dimainkan di wayang golek Cepak dan sebagainya," tambahnya.

Kata Tegal dan Tegalan sendiri menjadi sorotan Walikota Tegal, H. Dedy Yon Supriyono dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal, M. Ismail Fahmi, S.IP, M.Si yang menyoal kedua istilah tersebut.

"Saya berharap jika sebutan Gending Tegalan agar dapat kita sebut sebagai Gending Tegal. Karena ada makna yang berbeda ketika disebut Gending Tegalan dan Gending Tegal," ucap Ismail Fahmi.

Meski demikian, Walikota berharap, dari hasil diskusi dapat menjadikan masyarakat mengerti dan memungkinkannya untuk memperkenalkan Gending Tegal yang benar-benar khas dan dapat dibedakan dari Gending daerah lain.

Pada sesi diskusi, baik Sean Hayward, Rene T.A Lysloff, Dalang Ki Anton Surono maupun Ki Gunawan sepakat untuk membangkitkan minat gamelan pada masyarakat dibutuhkan campur tangan pemerintahan.

Seperti halnya yang disampaikan Ki Dalang Anton Surono, bahwa kebangkitan kaum milenial dalam mempertahankan budaya tradisional tidak lepas dari kebijakan pemerintah (penguasa) seperti memasukan dalam kurikulum pendidikan.

Prinsip itu menurut Anton, meliputi 3 hal agar budaya tradisional dapat dipertahankan yakni Sayidin Panoto negoro, Sayidin Panoto Agomo dan Sayidin panoto Budoyo.

Anton juga merespon Ki Dalang Gunawan yang menyebutkan bahwa gamelan di Tegal merupakan pengaruh dari Jawa Timur. Menurut Anton, itu bagian dari akulturasi yang tak terhindarkan.

"Tidak ada satu kebudayaan yang tidak saling mempengaruhi," pungkasnya.***

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x