Tempat Tinggal Merpati Seharga 2 Miliar, Terdapat Pula 2 Makam Sang Maestro

- 22 November 2021, 10:28 WIB
Yunius Martin, SE alias Koh Jun berkongsi dengan 2 rekannya membeli burung Merpati Kolong seharga hampir menyentuh angka Rp 2 miliar saat disambangi Kabar Tegal, Minggu 21 November 2021.
Yunius Martin, SE alias Koh Jun berkongsi dengan 2 rekannya membeli burung Merpati Kolong seharga hampir menyentuh angka Rp 2 miliar saat disambangi Kabar Tegal, Minggu 21 November 2021. /Kabar Tegal / Anis Yahya/

KABAR TEGAL - Siapa sangka ditengah gegeran seorang pembeli burung Merpati seharga Rp 2 miliar warga Kota Tegal, ternyata didalam bangunan tempat tinggal merpati bernama Rampok itu, ada dua pusara atas nama Bom Bom dan Nazaret.

Kedua nama terakhir wafat dan dikebumikan
pada tahun dan bulan yang sama di 2019 hanya selisih hari. Di pusara itu bertulis "Bom Bom, Wafat 06-09-2019 dan Nazaret99, Wafat 15-09-2019". Dua batu nisan itu letaknya berdampingan.

Begitu cinta dan hormatnya terhadap dua merpati itu, Yunius Martin, SE nama pemilik merpati 2 miliar, kedua burung yang meninggal ditempatkan pada 'makam' yang dibangunkan batu nisan dan tertulis nama kedua merpati tersebut.

Baca Juga: Pagar Alun-alun Kota Tegal Dibuka, Pengunjung Diminta Tetap Patuhi Prokes

Menurut Koh Jun sapaan populer Yunius, menyebutkan bahwa kenapa kedua merpatinya dimakamkan dengan istimewa, karena keduanya juga sama-sama punya keistimewaan.

Pertama, Bom Bom merupakan Merpati Kolong dengan pengalaman juara di 9 tempat lapangan tingkat nasional. Sedangkan satunya lagi Nazaret Merpati tercepat se-Jawa Tengah.

Terlepas keistimewaan yang dimiliki merpati-merpati peliharaan Koh Jun, setidaknya burung-burung itu mampu menciptakan lapangan kerja. Terbukti tempat itu dapat menyerap 12 pekerja.

Baca Juga: Walikota Tegal Turut Gotong Keranda Jenazah Istri Sekda Kota Tegal Johardi

"Bom Bom ini salah satu pahlawan saya. Prestasinya di 9 kolongan nasional. Burung itu nurut sekali sama saya. Saya itu kehilangan sekali sampai nangis," tutur Koh Jun.

Iapun bercerita heroiknya dua merpati tersebut dalam pertarungan diberbagai event kompetisi merpati kolong.

"Kalau Nazaret itu dijuluki burung tercepat se-jawa tenfah. Nazaret itu salah satu bentuk khayalan saya. Kalau pemain itu sering mengkhayalkan burung yang sangat cepat," tambahnya.

Menurutnya, Nazaret sebetulnya hanya menjuarai hanya sekali ketika memperebutkan piala Walikota Cup saat Walikotanya Siti Masitha Soeparno.

"Waktu itu tempatnya di kolongan Jalingkut Kota Tegal. Nazaret cidera dan engga lama setelah itu Nazaret meninggal," kenangnya.

Kini Koh Jun bersama 2 rekannya berkongsi membeli merpati seharga 1,8 miliar sebagai merpati termahal setelah merpati bernama Jaguar milik orang Pekalongan yang laku terjual seharga 1,5 miliar.

Merpati bernama Rampok itu mempunyai keistimewaan mengendalikan diri saat terbang berkompetisi mempengaruhi pergerakan terbang lawan.

"Saat itu Rampok berlomba di desa Legok di Bojong kabupaten pekalongan, waktu itu juara satunya mobil Ayla. Waktu itu juara satunya saya Bemo. Rampok belum menunjukkan keistimewaannya," ungkapnya.

Setelah lomba di Pekalongan belum maksimal, saat mengikuti lomba di Semarang, Rampok baru menunjukkan kiprahnya.

"Di Semarang pada hari Sabtu itu merupakan best of the best nya. Dia juara dua. Kemudian lomba utamanya pada hari minggunya dia mampu juara satunya. Itu dia yang membuat saya terkesima," jelas Koh Jun.

Lantas bagaimana merpati itu harganya bisa bisa melambung fantastis?

"Pada pemiliknya pak haji Roni, kita awalnya mengajukan tawaran 1,7 miliar. Itu belum dikasih dan kekeh diangka 2 M," katanya.

Menurut Koh Jun, haji Roni merupakan salah satu orang yang sangat mencintai Rampok sehingga menjadi keputusan berat baginya untuk melepas Rampok.

"Akhirnya beliau harus rela melepaskan ke tangan kami. Dan saya membeli dengan cara patungan dengan 2 orang rekan saya. Karena memang harganya yang sangat tinggi," ujarnya lagi.

Merpati memang tak pernah ingkar janji. Dia tak pernah menjanjikan mimpi kosong disiang bolong. Terbukti dari merpati Koh Jun mampu menyerap 12 pekerja bahkan akan ditambah 8 pekerja lagi menjadi 20 orang pekerja.

"Nanti kalau kandang saya yang ketiga ini sudah jadi, saya perlu menambah 8 orang jadi totalnya 20 orang. Yah dengan burung ini saya bisa membantu menyerap tenaga kerja 20 orang," ungkapnya.

"Bahkan salah seorang Joki saya yang sudah bekerja selama 10 tahun sekarang sudah memiliki rumah membangun sendiri dari hasil yang dia peroleh selama bekerja dengan saya," pungkas Koh Jun.***

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah