KABAR TEGAL - Sejumlah benda peninggalan Raden Ajeng Kartini dipamerkan dalam gelaran bertajuk “Sunting: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan” di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, yang berlangsung dari April hingga Juli 2025.
Koleksi yang dipamerkan berasal dari Museum RA Kartini di Rembang, meliputi kebaya asli, stempel pribadi, surat-surat tulisan tangan, baki surat, hingga beberapa foto dokumenter. Kehadiran benda-benda bersejarah ini menjadi bagian penting dalam membangun narasi perempuan sebagai penggerak perubahan sosial di Indonesia.
Subkoordinator Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, Retna Diah Radityawati, menyatakan bahwa partisipasi museum dalam pameran tersebut merupakan peluang strategis untuk memperkenalkan kekayaan sejarah Kartini kepada khalayak yang lebih luas.
Baca Juga: Semangat Kartini di Kabupaten Tegal: Perempuan Berdaya, Indonesia Maju
“Pengunjung Monas itu dari berbagai daerah bahkan mancanegara. Ketika mereka melihat kebaya Kartini di pameran, itu bisa memantik rasa penasaran untuk berkunjung langsung ke Museum RA Kartini di Rembang,” ujar Retna, sebagaimana dikutip Kabar Tegal dari laman resmi Pemprov Jateng pada Selasa, 20 Mei 2025.
Retna menambahkan, ini bukan kali pertama museum berpartisipasi dalam pameran tingkat nasional. Sebelumnya, pihaknya juga ambil bagian dalam pameran di Museum 10 November Surabaya yang dinilai membawa dampak positif terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari luar daerah.
“Waktu di Surabaya, kita kerja sama dengan biro wisata. Banyak yang tertarik dan mulai memasukkan Rembang dalam paket tur mereka. Sekarang, kalau ada wisatawan yang ingin ziarah ke makam Kartini, biasanya mereka juga diarahkan sekaligus ke museum,” jelasnya.
Baca Juga: Biografi Raden Ajeng Kartini: Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia
Lebih lanjut, Museum RA Kartini kini tidak hanya berfungsi sebagai ruang edukasi sejarah, tetapi juga menjadi bagian penting dalam paket wisata ziarah dan budaya.
Sejumlah biro perjalanan telah memasukkan museum ini sebagai destinasi dalam rangkaian tur religi dan sejarah, seiring meningkatnya minat wisata berbasis nilai-nilai lokal.***