Pembelajaran Jarak Jauh, Jeritan Siswa: Kami Harus Sekolah Tatap Muka

- 11 Juni 2021, 10:27 WIB
Ilustrasi ruang kelas kosong / suryaman.id
Ilustrasi ruang kelas kosong / suryaman.id /Ade Windiarto /

KABAR TEGAL - Komisioner KPAI, Retno Listyarti membeberkan hasil survei terhadap siswa, orangtua siswa, dan guru terkait Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang selama ini diterapkan.

Hal itu disampaikan dalam acara Dua Sisi yang diunggah ulang ke kanal Youtube tvOneNews, Kamis 10 Juni 2021.

Retno Listyarti mengungkapkan kesimpulan dari hasil dua kali survei yang dilakukan KPAI selama PJJ

“Sebenarnya kesimpulannya adalah anak-anak dari keluarga miskin itu tidak terlayani,” ucapnya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube tvOneNews, Jumat 11 Juni 2021.

Baca Juga: Bertolak ke Jateng, Berikut Agenda Kunjungan Presiden Jokowi Hari Ini!

Hal itu adalah karena adanya keterbatasan alat dan berbagai kemampuan lainnya, terutama PJJ bertumpu juga pada pendampingan orangtua. Sehingga, orangtua dituntut harus melek teknologi.

“Problem-problem ini-itu sebenarnya, akhirnya anak-anak dari keluarga tidak mampu ini betul-betul enggak terlayani. Tapi anak-anak dari keluarga kaya memang terlayani dalam proses PJJ,” kata Retno Listyarti.

Namun, dia menuturkan bahwa setelah 15 bulan PJJ berjalan, tidak tampak adanya perbaikan, dan sebagian besar guru pun sudah banyak yang jenuh.

Retno Listyarti pun membeberkan hasil survei pertama yang dilakukan KPAI pada Juni 2020 lalu.

“Jadi dari dua kali survei yang kita lakukan pada Juni 2020, itu murid yang mau sekolah itu 63 persen, tapi 67 persen orangtua enggak mau sekolah, jadi kebalikan. Nah, tetapi gurunya ingin sekolah dengan 54 persen. Karena ya tadi, mereka kesulitan mengajar dengan cara PJJ,” ujarnya.

Baca Juga: Teror Nasabah dengan Bunga Tinggi, SWI OJK Blokir 3.193 Pinjol Ilegal

Akan tetapi pada survei kedua yang dilakukan Desember 2020, bertepatan dengan rencana pembukaan sekolah pada tanggal 4 Januari 2021, KPAI mengaku terkejut dengan hasilnya.

“Kita terkejut, angka untuk murid dari 63 tadi naik jadi 78 persen. Nah, alasan anak-anak mau sekolah adalah sudah enggak ngerti lagi harus jawab soal,” ucap Retno Listyarti.

Dia menjelaskan bahwa para siswa yang mengikuti survei tersebut merasa tidak paham, karena ada materi-materi sulit yang mereka sudah tidak sanggup mengerjakan.

“Jadi dia bilang dari Juli kami sekolah, enggak pernah tahu bisa jawab ini dan ingin sekolah untuk bisa jawab soal-soal ini,” ujar Retno Listyarti.

Kesulitan yang lebih besar pun dirasakan oleh para siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang seharusnya lebih banyak praktik.

“Lalu anak SMK, ‘Kami itu sudah enggak praktek, dan banyak alat praktek itu yang harganya mahal, kami enggak punya, jadi kami harus sekolah’,” kata Retno Listyarti.

Dari hasil survei itu pun orangtua yang awalnya menolak PJJ mulai menunjukkan penurunan, tetapi hal itu juga sama dengan para guru.

“Nah orangtua, itu mulai turun, jadi orangtua yang tadinya 67 ini turun ke 61 persen. Nah tapi guru, itu saya juga kaget guru, guru yang tadinya 54 (persen) setuju turun jadi 51 (persen),” tutur Retno Listyarti.***

Editor: Lazarus Sandya Wella

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x