KABAR TEGAL - Berdiri sejak tahun 1832, Pabrik Gula Pangka yang terletak di Kabupaten Tegal ini sempat mengalami masa jayanya hingga tahun 1930-an. Namun ketika krisis ekonomi melanda dunia tahun 1933 terjadi, pabrik gula ini juga terkena dampaknya.
Sempat bertahan selama kurang lebih 187 tahun, pabrik yang memperkerjakan lebih dari 200 orang ini berhenti beroperasi sejak tahun 2019 lalu. Berbagai upaya dilakukan Serikat Pekerja (SP) Perkebunan PG Pangka untuk tetap bertahan, mulai dari menghidupkan agrowisata bahkan menyewakan sebagian aset PG Pangka untuk sekedar menutupi gaji karyawan.
Terhentinya produksi di PG Pangka disebabkan adanya perubahan manajemen holding di PTPN IX yang merupakan perusahaan plat merah tersebut. Maraknya gula impor yang harganya lebih murah dari gula lokal juga tak dapat dipungkiri menjadi alasan kuat PG Pangka terseok-seok dalam menutupi cost production.
Baca Juga: Indahnya Berbagi, Ikatan Istri Pegawai PG Pangkah Bagikan Ratusan Takjil Gratis
"Sudah lama saya mendengar kabar terhentinya produksi di PG Pangka. Sungguh sangat luar biasa dampaknya, tak hanya dirasakan oleh ratusan pegawai tapi juga ratusan bahkan ribuan petani tebu yang selama ini menggangtungkan hidupnya dari pabrik gula ini," ungkap Harris.
Untuk itu, Harris yang adalah anggota Komisi VI yang salah satu mitra kerjanya adalah BUMN akan memberi perhatian khusus agar PG Pangka ini bisa beroperasi kembali. Politisi PDIP ini pun menaruh harapan adanya corporate action dari PTPN.
"Ini bukan hanya semata soal keberpihakkan kepada masyarakat di Dapil, tetapi spirit untuk mencapai kedaulatan pangan sebagaimana yang dicita-citakan oleh founding father Bung Karno," tegas Harris.
Baca Juga: Tahun 2017 Berhenti Produksi, Kini PG Jatibarang Dijadikan Tempat Wisata
Harris pun secara gamblang bakal mendorong PG Pangka bisa beroperasi kembali di tahun mendatang. Untuk itu dirinya berencana akan membahas hal tersebut dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VI dengan PTPN.