Pegiat Seni Tegal-Brebes Gelar Bedah Buku Potret Moderasi Pesantren

- 13 September 2021, 14:06 WIB
Para pegiat seni Tegal-Brebes dalam Gelaran Parowulan / kabar tegal
Para pegiat seni Tegal-Brebes dalam Gelaran Parowulan / kabar tegal /

KABAR TEGAL - Sejumlah Pegiat Sastra dan Budaya Tegal-Brebes yang tergabung dalam Komunitas Gelaran Parowulan bertajuk GURAS (Gendu-gendu Rasa) menggelar acara bedah buku Potret Moderasi Pesantren (PMP) karya dari M. Badruz Zaman, mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Walisongo Semarang, Minggu (12 September 2021) malam.

Acara dibuka dengan pembacaan Tahlil dan Doa yang dipimpin oleh Ki De’Ong dan Kiai Atmo Tan Sidik, dihadiahkan kepada para seniman Tegal yang telah gugur berjuang.

Pengurus Komunitas Warga Tegal (KWT), Retno Kusrini yang bertindak sebagai moderator bedah buku, memantik hadirin untuk berdialog dengan penulis buku. Menurutnya, buku PMP ini layak dibaca oleh semua kalangan, sebab dari gaya bahasanya ringan sehingga bisa diterima oleh siapa pun.

Baca Juga: Zakat Profesi Anggota Polres Tegal Disalurkan Dalam Bentuk Paket Sembako

“Buku Potret Moderasi Pesantren dari Badruz Zaman yang masih muda ini, saya kira layak untuk dibaca oleh siapa pun. Buku ini disajikan dengan bahasa yang renyah, mudah dipahami, tetapi isinya dalam (berbobot),” kata Retno.

Turut mengapresiasi dan menanggapi ulasan buku Potret Moderasi Pesantren yakni Atmo Tan Sidik, Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin (LESBUMI) NU Kota Tegal. Menurut Pembina Pelataran Sastra Tegal tersebut, buku Potret Moderasi Pesantren patut diapresiasi dan dikenalkan lebih luas.

Karena buku tersebut menghadirkan wacana khas pesantren yang banyak membawa misi perdamaian. Penulis yang berasal dari Tegal, juga tidak menghilangkan kearifan lokal yang ada dalam lingkup kehidupannya.

Baca Juga: Bantuan Kuota Internet Kemendikbud untuk 24,4 Peserta Didik dan Tenaga Pendidik Cair, Berikut Rinciannya

“Pertama, untuk tidak berlebihan, saya turut mengapresiasi semangat Badruz Zaman yang telah menulis buku ini. Menjadi menarik ketika pesantren lebih aktif dalam dunia literasi yang kemudian dikemas dengan sentuhan lokalitas. Karena, ketika seorang penulis kemudian tidak menghadirkan bahasa daerahnya, dia tidak akan mendapatkan keberkahan. Nah, penulis memasukkan beberapa kosakata bahasa Tegal dalam buku ini,” papar Atmo.

Halaman:

Editor: Lazarus Sandya Wella


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x