Senada, Anggota Komisi C lainnya, A. Baginda Muhammad Mahfuz, menilai manajemen pabrik es perlu dikaji kembali terkait tingginya ongkos produksi itu. Menurut dia, jika ingin ditingkatkan, efisiensi mutlak dilaksanakan.
“Jika dilihat dari laporan keuangan, kami sangat pesimis. Jadi, satu-satunya alasan kami mempertahankan Saripetojo adalah sektor pendapatan. Jika dilihat dari sisi pelayanan, itu tidak masuk!,” tegas legislator dari Fraksi PDI Perjuangan itu, sembari menambahkan, “bisnis es itu perlu dikaji lagi, perencanaannya dibenahi. Jika terus merugi, ditutup saja!”
Baca Juga: Ganjar Pranowo Apresiasi Peran Satgas Jogo Tonggo Desa Randusari
Sementara, Mustholih, Anggota Komisi C dari Fraksi PKB, menilai langkah ekspansi bisnis masih belum tepat.
“Saya melihat upaya ekspansi itu masih tidak memungkinkan. Yang realistis, bangun pabrik es yang lebih dekat dengan market. Jika ingin fokus pelayanan, juga belum mampu. Yang penting, lebih realistis saja dalam berbisnis,” katanya.
Menjawab hal itu, Direktur Pemasaran CMJT Totok Agus Siswanto mengaku efisiensi sudah dilakukan dengan memperbaiki instalasi produksi. Diakui, faktor managerial di Saripetojo masih lemah. Dari 3 pabrik es, ada 2 yang masih ‘lemah’ karena database (pemasaran) kurang bagus.
Baca Juga: Polemik Sembako dan Jasa Pendidikan Dikenai Pajak 12 Persen, Mobil Baru Malah Diberi Diskon PPnBM
“Kami (CMJT) sudah meminta untuk terus menggenjot pemasaran/ penjualan,” kata Totok.
Dari sisi pelayanan, CMJT juga sudah berusaha untuk melakukan pertukaran es dan ikan dari nelayan yang tidak laku di Kabupaten Rembang. Dari situ, ikan dijadikan tepung untuk pakan ternak.
“Itulah yang kami maksud sebagai pelayanan masyarakat,” ujarnya.